Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

Ramadhan-nya Bi

Kalau tahun ini Az mulai berpuasa secara penuh, bagaimana dengan Bi? Jarak usia Az dan Bi hanya sekitar 1,5 tahun. Kalau mengikuti milestone Az, maka tahun depan ia juga mestinya bisa berpuasa seharian penuh, tapi setiap anak punya milestonenya sendiri kan? Dimulai dari sahur, setelah membangunkan Az, saya pun membangunkan Bi. Berbeda dengan Az yang segera bangun, Bi bangun tapi sambil m\erengek, membolak balikkan badannya di kasur dulu, sembunyi di balik bantal dulu, sampai akhirnya saya gendong dan angkat ke dapur, matanya tetap merem. Az menyuap makanannya sementara Bi hanya duduk sambil terngantuk-ngantuk, semua makanan yang saya tawarkan selalu disambut dengan gelengan, menutup rapat mulutnya setiap saya menyodorkan makanan. Karena saya memang tidak berekspektasi bahwa Bi akan berpuasa, maka saya santai aja menghadapi sikapnya. Yang penting membiasakan suasana saahur dan berpuasa dulu sama Bi, dan saya sudah dapat gambaran gimana tantangannya mengajak Bi berpuasa tahun depan nanti...

Karena Dia Masih Anak-Anak

Kemarin Ayah mengabarkan akan pulang telat, ada kegiatan bukber di kantor yang harus diikuti, dan saya mengabarkan ke Az tentang itu. Reaksinya? Secara spontan dia berucap: Wah gawat, bagaimana aku sholat Maghrib dan Tarawih di masjid? Meski saya bilang bahwa saya akan mengantarkan dan menemani di masjid, dia tetap bersikukuh hanya akan berangkat kalau ada ayah. Aku hanya butuh ayah, katanya. Perlu waktu sekitar sepuluh menit untuk membujuknya ke masjid, sebenarnya di lain waktu dia berani sholat sendirian dan hanya diantar sampai halaman masjid, tetapi waktu Maghrib dan Isya (plus tarawih) biasanya sangat ramai, tentu sebagai sesama introvert sayapun bisa memahami apa yang dia rasakan. "Ayo kita coba, tidak apa, pertama kali rasanya emang gak nyaman, tapi kita hanya perlu memulai dan menyelesaikannya", bujuk saya di menjelang Maghrib. Akhirnya kami pun berangkat ke masjid dan sesampai di sana Az sama sekali tidak mau ke shaf ikhwan, dia milih sholat di samping saya, di shat ...

Yang Baik Pasti Menang?

 Obrolan dengan si sulung, 6 tahun, di suatu siang. "Bunda, kenapa perang Uhud yang bertama akhirnya kalah? Padahal orangnya baik semua. Emang orang baik bisa kalah?'", tanyanya. Pertanyaan awal yang menjadi permulaan obrolan, apakah orang baik bisa kalah? Tentu jawabannya bisa, bahkan kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir, dengan arti lain orang jahat yang kuat tentu akan mudah mengalahkan orang baik yang lemah. Berkaca dari jawaban atas pertanyaan awal bahwa penyebab kekalahannya adalah takdir yang menetapkan mereka tidak taat pada perintah Rasul, maka obrolan berlanjut menjadi: ketika kita menjadi orang baik, kita harus apa? 1. Orang baik harus taat Yap, kebaikan kita harus selaras dengan ketaatan kepada Allah dan Rasulnya, misalnya menolong teman itu baik, tapi menolong teman yang sedang melakukan kecurangan, bukanlah dikatakan kebaikan lagi. Berbuat baik dalam tolong-menolong itu hanya dalam konteks kebaikan dan ketaatan saja. ...

Puasa Pertama Az

Siang tadi, menjelang tidur siang, kakak Az menangis. Pasalnya, dia sempat menanyakan puasa sisa berapa hari lagi. Refleks saya jawab: 25 hari lagi. Az kaget dan langsung bilang: kok lama banget. Padahal sebelum-sebelumnya sudah disounding bahwa kita akan puasa selama 30 hari. Mugkin siang ini dia merasakan puncaknya haus dan lapar, lalu mendengar kata 25 hari membuatnya semakin merasa lapar :D, lalu saya mengajaknya tidur siang agar lapar dan haus sejenak bisa terlupakan. Benar saja, ketika dia terbangun di sore hari, Az sudah gak mengeluh lagi dan minta diajak jalan sore. Puasa di hari Pertama Az saya bangunkan di jam 04.30, setengah jam sebelum adzan Subuh, saya sengaja membangunkan di jam segitu agar Az bisa sahur dan sholat Subuh tanpa menunggu lama. Karena saya merasakan betapa tidak enaknya ketika kita sudah selesai sahur dan masih lama untuk menunggu azan Subuh, ditungguin lama, ditinggal tidur lagi khawatir bablas, maka sahur mepet Subuh adalah jalan terbaik, setelah selesai s...

A day of Tahsin Examination

Akhirnyaa kembali landing di blog ini, setelah sekian hari muter-muter di dunia nyata hehehe. Oia masih ingat gak sama tulisan saya tentang ujian tahsin yang saya tulis disini . Nah, jadi tanggal 13 Maret itu waktunya ujian tahsin, jam 09.30 tapi saya sudah berangkat dari rumah jam delapan kurang, karena sambil bawa krucil yang pastinya perlu prepare waktu yang agak banyak.  Entah kenapa setiap mendengar kata ujian itu bawaannya deg-deg an, padahal sebelum berangkat masih biasa aja, pas udah di lokasi langsung nerveus wkwkw. Setelah di data oleh panitia ujian, akhirnya saya dan teman-teman sehalaqoh berkumpul menunggu giliran, ketika yang lain minta duluan diuji, saya malah selow, maju setelah sebagian besar teman-teman selesai. Maju paling akhir itu bisa dapat clue ujiannya seperti apa, karena yang duluan maju pasti cerita :D Selesai ujian sempat foto-foto dulu sama teman-teman yang pasti akan berpisah, apalagi saya yang suka ngambil kelas secara random, kadang minta hari Jum'at, ...

Ternyata, Aku Bisa

Kemarin, menjelang pukul 17.00 saya duduk, fokus menghafal ayat yang akan saya setor setelah Maghrib nanti. Sebenarnya sempat terpikir untuk menunda setoran di keesokan harinya saja karena saat itu saya merasa dan memang belum hafal ayat yang akan saya setor itu, pun ketika saya membacanya saya juga merasa ayat ini agak sulit untuk dihafal. Tau kan yaa, ada ayat yang ketika kita membaca kita langsung merasa ayat ini mudah untuk dihafal, ada juga ayat yang ketika kita membaca kita merasa perlu tantangan tersendiri untuk dihafalkan. Kebiasaan saya memang membaca terlebih dahulu ayat yang akan di hafal, memahami arti ayatnya sambil mencari "jembatan kedelai"nya. Biasanya ayat yang saya merasa akan sulit dihafal itu memang ayat yang saya juga kesulitan membacanya, karena kata-katanya (misalnya, mufrodatnya baru pertama kali saya dengar) atau karena susunan hurufnya, biasanya susunan huruf tebal-tipis-tebal-tipis itu agak menyulitkan untuk diucapkan, bayangkan abis mengangkat pang...

Hadiah Tiket di Arena Bermain

 Kemarin, saya sedang menunaikan sebuah urusan di dekat sebuah pusat perbelanjaan. Seperti biasa, tiap kali saya keluar, anak-anak pasti ikutan juga. Dan mereka meihat "mall" itu lalu meminta agar diajak bermain di arena permainannya. Jujur saja, saya itu jarang banget ngajak main anak-anak di mall, mungkin setahun bisa dihitung kurang dari lima jari. Saya lebih suka ngajak anak-anak ke suatu tempat terbuka, ataupun lapangan luas. Biar anak-anak puas berlari dan bergerak. Nah kemarin karena berada di dekat situ, akhirnya melipir sekalian ke arena bermainnya. Karena tidak berniat sepenuh hati, saya hanya membelikan koin senilai 20rb, maksudnya biar koinnya cepat habis dan mainnya singkat, mengingat waktu itu juga sudah menjelang jam 12 siang. Beberapa mesin mainan dimainkan Az dan Bi dengan gembira, mencoba naik mobil-mobilan, naik kuda-kudaan, bermain game balapan mobil, bermain game tembak-tembakan. Cuma di tempat ini mereka bisa bermain game beginian, di rumah pasti gak bis...

Gigi Susu yang Tanggal

Di setiap pertumbuhan anak, ada orang tua yang juga selalu bertumbuh. Kalimat ini pernah saya dengar dari seorang teman. Dan benar demikian adanya.  Dua hari lalu, kak Az melaporkan gigi serinya goyang. Saya yang tidak terlalu faham dengan pergigian membatin, apakah sudah waktunya? Alhamdulillah kita hidup di era teknologi, yang jika menginginkan jawaban secara singkat, padat dan cepat bisa langsung melongok ke google.  Ternyata, dari hasil googling didapatkan informasi bahwa gigi susu akan mulai berganti sejak usia 6 tahun.  Usia pertanggalan gigi susu akhirnya saya rangkum seperti ini: Usia 6-7 tahun : gigi seri tengah Usia 7-8 tahun: gigi seri samping Usia 9-11 tahun: rahang bawah dan geraham pertama Usia 10-12 tahun: taring atas Akhirnya di hari berikutnya saya mengajak kakak Az ke PKM, selain tempatnya dekat, juga karena di tempat itu BPJS kami terdaftar.  Kami sampai sekitar pukul 08.30 dan dapat antrian nomor 8, meski hanya mengantri 8 orang ternyata membuat K...

Mengais ceceran pahala

 "Saya itu, kalau motongan wortel sambil berdzikir bu, motong satu iris ngucap Subhanallah, ngiris lagi ngucap lagi. Saya mendengar itu ketika saya SMP, yang berucap adalah salah satu teman baik Mama. Semoga Allah melapangkan kuburnya, menerima amalnya dan memasukkannya kedalm surga yang indah. Ketika itu beliau sedang mengobrol dengan Mama, saya sedang asik sendiri, tidak menyimak obrolan ibu-ibu pada masa itu, hanya kalimat itu yang teringat oleh saya. Tidak selama itu saya mengingat, saya juga melupakan perkataan itu di waktu yang lama. Qodarullah, puluhan tahun kemudian saya menjadi ibu. Di usia yang sama dengan Mama&teman beliau waktu ngobrol ketika itu. Di dapur rumah saya, puluhan tahun kemudian, di tempat yang jaraknya puluhan kilo meter, ketika saya sedang mengiris wortel, tetiba ingatan itu muncul kembali. Saya seperti terlempar di tengah obrolan itu, padahal kejadian itu sudah terlupakan sekian bilangan waktu. Refleks saya langsung berdzikir juga, mengamalkan apa ya...

Hello, March ....

Hey, ini udah tanggal 5 dan saya menulis ini dengan judul Hello, March? Sebenarnya saya hanya sedang ingin menulis perkembangan tahfidz di awal bulan ini, besok Senin adalah setoran awal untuk program bulan Maret, dan saya baru menghafal setengah halaman *toyor kepala :D Mari flashback ke Februari. Bulan lalu, saya menyetorkan 5 halaman alias setengah juz, gak baik tapi gak buruk juga. Mengingat bulan Februari itu emang masih hectic dengan urusan abrakadabra. Semoga bulan Maret ini bisa menyelesaikan sisanya, tasmi muraja'ah dan menyetorkan hafalan baru. Sebenarnya bulan ini, tepatnya pekan depan, ada ujian tahsin juga sih, I don't know kenapa setiap mendengar kata ujian selalu mules wkwkw. Insya Allah dengan banyak mengulang-ulang bacaan hafalan, juga akan memperbaiki bacaan tahsin. Kemarin pas simulasi ujian, Ustadzah Fitri meminta agar lebih sering latihan membaca dan sedikit memberi masukan dengan kualitas bacaan saya. Karena tahsin dan tahfidz saling berkorelasi dan saling...

Cantik Rupanya, Menawan Keislamannya

"Bi ini kalau besar pasti cantik, kata tetangga di suatu pagi, mengomentari bungsu kami yang sedang asyik bermain bersama kakak. Saya tersenyum simpul mendengarnya, tak merespon dengan ucapan tetapi mendoakan dalam hati: semoga tidak hanya rupanya yang cantik, akhlak, akidah dan kesholihannya juga menawan. Ya, keindahan rupa adalah hak Allah, yang bisa menjadi karunia dan bisa juga menjadi bencana. Adalah takdir Bi dengan rupa yang begitu manis dipandang. Tapi, segala yang fana tak perlu terlalu di puja, cukup ucapkan Masya Allah pada keindahan penciptaanNya, karena ada yang lebih abadi: amal dan kebaikan yang tak bertepi. Kadang saya memikirkan bagaimana seorang Mushab bin Umair. Seseorang yang Allah takdirkan hadir dengan pahatan wajah yang mempesona, Namun, kesholihannya lebih mempesonakan lagi. Mushab dengan wajah tanpannya lalu menjadi duta Islam di Kota Yatsrib. Wajah memang hal yang paling pertama menarik pandangan, tetapi dengan keindahan pesona itu Mushab menyebarkan keba...

Rapikan Rumahmu, Ringankan Hisabmu

Ada satu kegiatan yang saya suka tapi gak terlalu berminat, yaitu berberes alias berbenah rumah. Saya suka rumah yang rapi, bersih, barang-barang gak berserakan. Tapi saya juga bisa muntab kalo di suruh beberes tiap hari. Jujurly, saya nyapu rumah itu cukup sekali setiap hari. Makanya waktu ada teman yang bilang bahwa dia bisa menyapu rumah berkali-kali setiap hari, waaahhh tumbs up. Ngepel rumah? Jarang sekali. Mungkin kalau di rerata sekitar seminggu sekali. Hampir semua pekerjaan domestik di rumah saya kerjakan sekali sehari. Kecuali masak yaaa, kalau lagi mager paling hanya dua kali sehari, masak untuk sarapan dan masak untuk makan siang dan malam sekaligus. Nyetrika juga hanya baju-baju kerja dan pas weekend aja nyetrikanya, baju rumahan cukup dilipat. Nyuci baju dua hari sekali. Mainan dan buku-buku anak yang berserak, langsung saya delegasikan ke anaknya sendiri yang membereskan :D Cukup malas berberes kan? Nah, di balik kemalasan berberes itu, saya sangat suka rumah yang rapi d...

Cooking for Healing, or Cooking for Stressing?

 Pernah punya moment jungkir balik? Saya pernah, salah satunya ketika resign dari ranah publik untuk bekhidmat di ranah domestik. Urusan perdapuran yang menjadi salah satu momok. Kalau ditarik ulur ke tahun belakangan, saya tuh memang tidak pernah secara bersungguh-sungguh hadir di dapur, kalau ke dapur paling hanya sekelebatan kaya sekedar ngupasin bawang, yang kemudian tidak tahu bawangnya akan menjadi apa. Kegiatan masak yang saya mampu dari awal sampai akhir hanya menggoreng telur, masak nasi (pakai rice cooker) sayur bening, sayur asem (pake bumbu gunting wkwk) dan goreng ikan (karena bumbunya juga instan) Dan terus terang, mama saya juga bukan orang yang doyan berlama-lama di dapur, masak sesimple dan sesegera mungkin, dan lebih suka berkebun. Lantas, waktu berlalu dan saya jadi ibu (dan belum bisa masak), dan termaafkan karena saya juga bekerja. Setelah risegn inilah, lalu ....jeng....jeng...jeng. Ada pelajaran hidup yang saya pahami: kalau kita mau berusaha, maka kita bisa ...

Renovasi 2023

Kegiatan yang sambung-menyambung memang, dimulai dari sunatan Az, kemudian acara syukuran dan berlanjut merenov rumah. Renov ini yang memang menyita waktu, dua pekan soalnya. Di tambah kudu nyuci rumah dan berbenahnya, capeknya alhamdulillah. Karena memang banyak yang dikerjakan, dimulai dari buat talangan air, keramik dapur, buat plafond dapur, mindahin pintu tengah, ganti tempat cuci baju dan keramik teras. Dan selama proses itu rumah udah berantakan banget, karena barang-barang di dapur dipindahin ke rumah tamu. Aku pun masak di ruang tamu, kulkas dan lemari piring di taro diruang belajar anak-anak. Jadi kita kebanyakan beraktivitas di kamar, karena di ruang lain pak tukang sering lalu lalang. Apalagi pas mindahin pintu, jadi ada tembok yang harus di bobok dan itu debuuuuu banget. Jadi selesai itu aku yang nguciian semua perkakas karena semuanya berdebu. Duh kebayang yang rumahnya kena semburan debu erupsi gunung yaa dan rasanya memang setidaknyaman itu. Pasir menuhin teras, dan kes...

Dari Sepertiga (Menargetkan) Seperdua

Tema target sebenarnya di pekan lalu, tetapi karena masih 'sibuk' hingga waktu berlalu dan tantangan terlewatkan begitu saja. Masya Allah beberapa pekan kebelakang rasanya memang sedang awur-awuran. Alhamdulillah satu-satunya yang tidak tertinggal hanyalah jadwal tahfidz, meski kadang melewatkan kelas tetapi diusahakan besoknya menyetor untuk menambal kekurangan. Menulis memang menjadi target, tetapi bukan prioritas. Menghafal, selain menjadi target juga menjadi prioritas utama. Target untuk tahun ini adalah setengah, alias 15 juz. Bisa gak? Ya dibisa-bisain, ustadzahnya juga Masya Allah, ngilang sehari udah ditanya. Berasa di kejar gak sih? Hehehe Sekarang masih menyetor juz 6, ditambah 3 juz di belakang totalnya baru 9, belum nyampe sepertiga padahal :D. Buat target tinggi gakpapa kok, kalaupun tidak tercapai minimal bisa setengahnya. Insya Allah bisa-lah yaa, kan Allah bahkan menetapkan sesuai dengan prasangka hambanya. Tantangan terbesar masih di satu titik : menyeimbangkan...

Masak Sendiri di Acara Khitanan Az

Sejak menikah, baru dua kali kami membuat acara besar, besar definisi saya adalah ketika tamu undangan lebih dari 150 orang.  Pertama, waktu aqiqah Az Kedua, waktu khitanan Az.  Acara pernikahan tidak termasuk ya, karena itu acara orang tua :D, yang mengadakan acara orang tua, yang datang juga teman dan kolega ortu.  Aqiqah Bi juga bukan acara besar, karena hanya mengundang keluarga dan sisanya berbagi kotakan ke tetangga, teman, dan kerabat.  Waktu aqiqah Az, saya hanya membeli bahan, sisanya di eksekusi sama seorang chef. Langsung terima beres. Masaknya juga di tempat kakak, jadi rumah tetap rapi tanpa ada percikan minyak, hehe.  Aqiqah Bi malah lebih simple lagi, menu prasmanan dan kotakan langsung dikirim dari catering. Terima beres pokoknya.  Nah, acara khitanan Az ini yang luar biasa. Semua di handle sendiri, minta bantuan rewang dari tetangga pas H-1.  Seminggu sebelum acara udah masak bumbu-bumbunya : bumbu ayam bali, capcay, mie goreng, soto d...

Tangisan Sendu

Selepas keluar dari masjid, saat sholat dzhuhur tadi, Az terisak. Ia lari keluar sembari sesungukan, air matanya berderai, menangis tanpa suara.  Saya yang menunggunya di motor agak sedikit kaget. Meski saya mengantar dan menungguinya sholat, tapi saya tidak memantau apa yang terjadi di dalam masjid.  Tak lama setelah Az keluar, temannya juga keluar sambil bertanya : Az kenapa nangis, mi?  Saya menggeleng.  "Az belum mau cerita, tadi di dalam kenapa ya? Saya terpaksa bertanya kepada temannya.  " Dia langsung nangis, mungkin ditinggalin Bi", jelas temannya.  Sebenarnya Bi, adiknya memang keluar masjid saat sholat belum selesai. Tapi, saya rasa bukan itu penyebabnya. Az tidak akan menangis hanya karena di tinggal.  Sambil memeluk dan menepuk punggungnya, saya mengajukan beberapa pertanyaan.  Apakah ada yang marahi?  Apakah ada yang memukul?  Apakah ada yang menarik baju?  Apakah ada yang menginjak kaki?  Beragam pertanyaan yang s...

Surat untuk Sulung

Nak, Bunda ingin ceritakan sebuah kisah untukmu, kisah tentang manusia yang mulia penuh inspirasi. Syahdan dahulu kala, ratusan tahun yang lalu, dalam sebuah tempat tampak ribuan orang berkumpul, rupanya sedang ada seleksi untuk mencari orang-orang terbaik yang akan melaksanakan tugas mulia, sebagai upaya mewujudkan nubuat Nabi kita. Seleksi yang unik, karena pertanyaan yang diajukan adalah : siapa yang pernah tidak melaksanakan sholat jama'ah setelah baligh, silakan duduk.  Nyatanya tak ada yang duduk disebabkan oleh pertanyaan tersebut.  Kamu tahu nak, siapa yang menanyakan itu? Namanya Muhammad Alfatih, sosok yang kita kenal, yang dikenang oleh sejarah, tertulis dengan tinta emas. Alfatih, nama itu melekat dengan namamu, nak. Ayah dan Bunda terkenang dengannya ketika menyematkan namanya pada namamu. Nak, Bunda tak tahu kehidupan apa yang kelak akan kamu jalani. Tapi, dengan nama Alfatih, Bunda selalu berdoa semoga kamu sepertinya, menjadi seorang laki-laki yang sholih, yang...

Bukan Biasa Aja

Ada satu benda penghuni baru di rumah. Sebuah senter kecil. Senter biasa seperti laiknya senter lainnya. Merk sejuta ummat. Maksudnya, sejuta umat itu bukan nama merknya ya, tapi karena keumumannya, saking banyaknya yang memiliki merk itu. Kaya kita bilang pulpen Pilot itu pulpen sejuta umat, atau Avanza mobil sejuta umat.  Tapi, senter itu berharga. Dibeli oleh seorang ayah dengan niat mulia, agar puteranya bersemangat berangkat ke masjid di Subuh buta.  Ya, selepas Az berkhitan maka agenda berikutnya adalah membiasakannya ke masjid, entah di pagi, entah di malam hari.  Senter yang berharga, yang membuat Az bersemangat dan bersegera ke masjid. Saya membayangkan apakah senter itu bisa sampai ke surga. Semoga begitu. Bukan hanya senternya, tetapi juga pembuatnya, pembelinya dan penikmat manfaatnya.  Sama seperti terompah sederhana, alas kaki milik Bilal bin Rabah yang derapannya terdengar di surga. Hanya sandal, dan mestinya biasa aja. Tapi, harganya senilai surga. Ta...

Halaqoh tahfidz di 2023

Setoran tahfidz perdana di tahun 2023, saya belum mulai ziyadah (menambah hafalan) karena sedang memuraja'ah (mengulang kembali) hafalan yang telah disetorkan pada bulan sebelumnya.  Ada dua sesi setoran, pagi ba'da Subuh dan sore ba'da Manghrib. Pakai waktu WIB tapii. Jadi sering nyetor hafalan di sesi sore, habis Maghrib di sana, habis Isya di sini.  Kadang juga habis Subuh sih, tergantung kemutqinan hafalan wkwk. Kalau pagi merasa masih tersendat-sendat, yaudah sore aja :D Alhamdulillah, salah satu manfaatnya teknologi, terpisah ratusan kilometer, tak pernah bertatap muka secara real, tapi bisa saling menguatkan, menyimak bacaan demi bacaan.  Salah satu nikmatnya dunia online yang harus senantiasa disyukuri.  Hari ini saya memuraja'ah surat Annisa,  tepatnya di juz 5. Gak langsung 1 juz lho yaa, karena maksimal setoran 3 lembar dan tadi nyetor 2 lembar aja :D. Kalau mau tasmi 1 juz bisa sih pas weekend karena harus 1 jam sendiri untuk tasmi' itu. Kalau hari b...

Bersabarlah ..., ini hanya sekejap mata.

 "Gak terasa ya, kayanya baru kemarin ngelahirkan anak ini, tau-tau udah sekolah aja, demikian postingan seseorang yang terlintas di beranda medsos yang sedang saya gulir. Tak hanya sesekali, berulang kali kalimat bernada sama mampir di indra pendengaran saya, tentang betapa cepatnya waktu berlalu, betapa rasanya sekejap saja lantas anak-anak semakin beranjak dan siap mengarungi hidupnya sendiri. Sampai pada satu sore, ketika saya masih selonjoran sembara membaca sebuah artikel, saya mengingatkan si bungsu : Dek, bentar lagi Maghrib, segera mandi sore ya. 10 menit berlalu dan Adek sudah berdiri di hadapan saya, sudah wangi dan berbaju rapi. Masya Allah, betapa sekejapnya waktu berlalu. Rasanya baru kemarin saya memandikan satu per satu anak-anak, yang ketika memandikan adik, kakak yang sudah wangi malah bermain kotor-kotor lagi :D Rasannya tak lama, ketika saya memilahkan satu per satu baju mereka. Benar, sekejap saja dan mereka bisa mandi sendiri, bisa memilih baju sendiri dan bi...

Arabic Class

Bulan ini kakak Az sedang mengikuti kelas Bahasa Arab, sudah pertemuan ketiga sebenarnya. Hasil observasi pada silam waktu menunjukkan Az cukup baik melafalkan, membaca dan mengingat bahasa Arab. Dan sering menanyakan mufrodat yang saya tak tahu, kaya apa bahasa arabnya AC, dan kalau bilang Bunda lupa, terus jawabannya : Bunda waktu kecil tidak belajar? Wkwkw Lalu bertemulah dengan edufic, platform online yang diinisiasi oleh Pak Ario, sebenarnya kelasnya ada beraneka ragam, juga ada pilihan free atau premium. Karena harus menunggu usia minimal yaitu 6 tahun, akhirnya bisa mendaftar di batch #3. Jujurly, ini adalah kali pertama Az ikut belajar online, biasanya hanya belajar 'real' di rumah bersama Bunda. Jadi sekalian ngecek apakah dia nyaman belajar secara online. Alhamdulillahnya dapat fasilitator yang sabar dan perhatian, yang setiap sebelum dimulai kelas selalu menanyakan apakah akan hadir di kelas, yang selalu bertanya apa kesukaan anak agar bisa terbangun bonding, memperh...

Rencana vs Jalani Aja : Rumah Tinggal

Menemukan chat ini ketika sedang bebersih digital bin, ternyata resolusi punya rumah sebelum 30 tahun benar-benar terealisasi (meski kemudian berlanjut dengan cicilan wkwkwk) Dahulu jaman kuliah, ngefollow salah satu financial planning, yang kemudian membuat sebuah goal punya rumah sebelum 30.  Dari sini saya memahami, bahwa Allah menjalankan hidup kita sesuai dengan rencana kita, bukankah Allah yang mengatakan : Aku sesuai prasangka hambaKu. Rencanakan yang baik-baik lalu jalani. Menjalankan tanpa rencana membuat kita bingung dan hilang arah. Rencana tanpa aksi nyata, hanyalah ilusi yang tak tergapai. Saya juga faham bahwa tidak ada ilmu yang sia-sia, jangan pernah berpikir buat apa belajar ini. Bisa saja ilmu itu terpakai belasan atau puluhan tahun kemudian. Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim, ilmu agama yang utama, ilmu lainnya sebagai alternatif. Pun ketika saya mempelajari ilmu keuangan itu, yang padahal ketika itu uang saya cuma bisa buat makan, malah belajar tentang ...

Cerita Khitan Kakak Az (part terakhir)

 Selepas Ashar, satu jam pas sunat selesai, efek bius sudah menjauh, rasa nyeri mulai menyapa. "Ini obat yang tingkat anti nyerinya tertinggi Bu, gak ada obat yang benar-benar menghilangkan rasa sakit. Ada sih, namanya narkoba Bu tapi gak mungkin kan", dokter menjelaskan ketika menyerahkan obat-obatannya, bisa-bisanya sambil melucu bawa-bawa narkotika segala wkwk. "Buuuunnnn", Az mulai memelas. "Allah kuatkan kakak, sakitnya insya Allah lebih sedikit dibandingkan dengan manfaat dan kebaikannya kan Kak? Bunda selalu temani kakak kok".  Saya tahu itu tak mudah, saya hanya berusaha berempati sebanyak-banyaknya, menvalidasi perasannya, mendampingi dan menghiburnya, mendoakan kekuatan dan kesabaran untuknya. Alhamdulillah yutub juga ada sedikit kontribusnya, tontonan babybus, mobil tank, doraemon, upin ipin berhasil mengalihkan fokusnya. Ditawari games dia gak mau, cukup sekali aja, katanya. Mungkin karena amat sangat jarang nonton, pas dibebasin memilih tonton...

Cerita Khitan Kakak Az (part II)

30 Desember 2022, itu tanggal yang disepakati dengan dokter yang akan menyunat Az, awalnya beliau karena pekerjaannya, meminta di hari Sabtu. Tetapi memikirkan bahwa Sabtu bertepatan dengan akhir tahun, kan gak nyaman ya kalau pasca "operasi kecil" kemudian malamnya malah gak bisa tidur karena hingar bingar petasan dan kembang api. Akhirnya dinego di hari Jum'at. Juga jika merujuk ke hadist Imam Bukhari disebutkan bahwa khitan merupakan salah satu sunnah fitrah dari 5 sunnah fitrah. Jadi lebih baik hal baik itu dilakukan di hari Jum'at kan. Ayah pulang di jam istirahat, karena dokternya akan visit setelah Jumatan. Ternyata jam 15.00 beliau baru tiba, bersama seorang asistan. Asisten yang kadang merangkap menjadi pemegang kaki anak yang berontak pas mau disuntik. Kata dokter, itu hal yang sering terjadi. Pak dokter sempat mengobrol terlebih dahulu dengan Kakak dan melakukan toss sebelum eksekusi dimulai. Sebelum berbaring, saya sempatkan memeluk Az, saya tahu dia gugup...

Cerita Khitan Kakak Az (part I)

 "Bunda, kenapa ayah ngajak aku ke masjid terus? tanya Az di suatu waktu. "Emang kenapa, kak? Saya menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan lain. Karena saya pikir dia sedang melakukan protes :P "Kan aku masih ada najisnya, masih belum disunat", jawabnya. Masya Allah. Berbulan sebelumnya, pembicaraan tentang sunat sering terselip dalam obrolan kami. Iya hanya diselipkan, tapi sering wkwk. Obrolan tentang sunat yang akan membersihkan sisa-sisa air seni yang tertinggal, hingga bersih dari najis ternyata membekas dalam ingatannya. "Jadi, kakak sudah siap disunat? tanya saya memastikan. "Sebenarnya takut sih Bun, tapi kita harus bersih dari najis kan? Wajar jika anak usia 6 tahun itu merasa khawatir, pengalaman pertama memang selalu menegangkan kan? Bahkan saya seusia ini pun kerap merasa tegang ketika melakukan hal untuk pertama kalinya. "Sakitnya, sakit sekali gak Bun? tanya Az lagi. Mestinya nanya ke ayahnya ya :D Ohya, tentang rasa sakit sunat ini ema...