Ada satu kegiatan yang saya suka tapi gak terlalu berminat, yaitu berberes alias berbenah rumah. Saya suka rumah yang rapi, bersih, barang-barang gak berserakan. Tapi saya juga bisa muntab kalo di suruh beberes tiap hari. Jujurly, saya nyapu rumah itu cukup sekali setiap hari. Makanya waktu ada teman yang bilang bahwa dia bisa menyapu rumah berkali-kali setiap hari, waaahhh tumbs up.
Ngepel rumah? Jarang sekali. Mungkin kalau di rerata sekitar seminggu sekali. Hampir semua pekerjaan domestik di rumah saya kerjakan sekali sehari. Kecuali masak yaaa, kalau lagi mager paling hanya dua kali sehari, masak untuk sarapan dan masak untuk makan siang dan malam sekaligus.
Nyetrika juga hanya baju-baju kerja dan pas weekend aja nyetrikanya, baju rumahan cukup dilipat. Nyuci baju dua hari sekali.
Mainan dan buku-buku anak yang berserak, langsung saya delegasikan ke anaknya sendiri yang membereskan :D
Cukup malas berberes kan?
Nah, di balik kemalasan berberes itu, saya sangat suka rumah yang rapi dan bersih. Entah kenapa ngeliat rumah berantakan itu bikin mood juga berantakan.
Gimana supaya rumah gak berantakan? Jangan ada banyak barang.
Maka jadilah rumah kami adalah rumah yang paling polos, di ruang tamu gak ada hiasan apapun. Karena saya begitu tidak suka jika harus mengelap vas dan pigura setiap hari. Tanaman di rumah juga seringnya disiram oleh air hujan, atau ketika anak mainan air. Gak pernah saya tuh ngelapin daun-daun helai demi helai seperti yang orang-orang lakukan.
Barang-barang pribadi juga hanya beberapa, tas cuma satu tapi karena kemarin dapat hadiah tas dua biji, jadi tas saya sekarang ada 3. Sepatu cuma 3, satu buat jalan, satu buat olahraga, satunya sepatu yang dulu dipake kalau ke kantor. Tapi sepatu olahraga itu kadang juga saya pakai jalan.
Kalau ada baju baru yang masuk lemari, maka harus ada baju lama yang keluar lemari. Kalau bajuya masih bagus maka dikasih ke orang, kalau jelek yang rasanya gak pantes buat dikasih ke orang, biasanya langsung jadi pergombalan alias lap kompor.
Piring juga gitu, gak nyampe dua lusin kayanya, mangkok dan sendok juga dua lusin. Sering ngumpulin thinwall bekas makanan, lumayan kan buat nyetok makanan di kulkas pake thinwall. Makanya saya mendukung ubah stereofoam menjadi thinwall, karena kami suka thinwallnya wkwkwk.
Ketika memilah barang biasanya saya suka mengecek kapan terakhir barang itu terpakai, kalau terpakai dua atau tiga tahun lalu, biasanya saya singkirkan. Artinya barang itu gak penting-penting amat, gak menunjang aktivitas harian. Ngapain kita numpak barang, ya kan?
Ini juga yang kemudian menjadi pertimbangan setiap akan membeli barang-barang baru, apakah benar-benar diperlukan atau hanya sekedar nafsu mengebu ingin memiliki.
Inimah perpaduan antara hemat dan pelit ya :D
Tapi memang bener ya, kita tuh harus memastikan menggunakan semua barang-barang yang kita miliki, jangan hanya jadi pajangan aja. Apalagi sekedar koleksi. Duh, berat banget hisabnya di akhirat, lhoo.
Ada satu hadist yang selalu saya ingat
"Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya ke mana dihabiskan, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya"
Tuhh kan, kebayang gak gimana ribet dan lamanya hisab kita gegara perkara blender yang hanya ngejongkrok, kita beli tapi gak pernah kita pakai. Yok cek ada gak barang-barang pemberat hisab di akhirat yang masih nongkrong di rumah kita.
Komentar
Posting Komentar