Langsung ke konten utama

Mengais ceceran pahala

 "Saya itu, kalau motongan wortel sambil berdzikir bu, motong satu iris ngucap Subhanallah, ngiris lagi ngucap lagi.

Saya mendengar itu ketika saya SMP, yang berucap adalah salah satu teman baik Mama. Semoga Allah melapangkan kuburnya, menerima amalnya dan memasukkannya kedalm surga yang indah. Ketika itu beliau sedang mengobrol dengan Mama, saya sedang asik sendiri, tidak menyimak obrolan ibu-ibu pada masa itu, hanya kalimat itu yang teringat oleh saya.

Tidak selama itu saya mengingat, saya juga melupakan perkataan itu di waktu yang lama.

Qodarullah, puluhan tahun kemudian saya menjadi ibu. Di usia yang sama dengan Mama&teman beliau waktu ngobrol ketika itu.

Di dapur rumah saya, puluhan tahun kemudian, di tempat yang jaraknya puluhan kilo meter, ketika saya sedang mengiris wortel, tetiba ingatan itu muncul kembali. Saya seperti terlempar di tengah obrolan itu, padahal kejadian itu sudah terlupakan sekian bilangan waktu. Refleks saya langsung berdzikir juga, mengamalkan apa yang pernah beliau kerjakan.

Saya menyadari, betapa menakjubkannya ingatan di usia belia. Terlupakan lama tetapi bisa hadir kembali, flashback memory.

Kenyataan itu yang membuat saya bertekad untuk menghadirkan ingatan-ingatan baik kepada anak-anak belia saya. Bisa saja kenangan itu terlupakan, tetapi ia akan muncul kembali di saat yang tepat, ketika dia membutuhkan kenangan baik itu. Dan berhati-hati dengan kenangan buruk, meski terlupakan, ia tetap bisa hadir kembali.

Saya juga memahami, mudahnya menvari pahala. Di sela petikan sayur, di antara ulekan sambal, terselip di antara lipatan pakaian. Dahulu, saya merasa betapa tidak menyenangkannya menjadi ibu rumah tangga. Berjibaku dengan kegiatan yang tidak ada henti-hentinya, bergerak dan berpindah hingga kelelahan. Gak sempat duduk tenang membaca Al-Qur'an ataupun bersantai menyimak kajian. Namun, ketika saya mengingat obrolan itu, mindset saya berubah. Saya bisa tetap mengais pahala meski berkutat di rumah saja.

Kita bisa mencuci beras sembari memuraja'ah hafalan, lalu meniatkan semoga beras yang kita masak akan membuat kuat dan sehat bagi yang memakannya, lalu ia menggunakan kekuatan dan kesehatannya untuk berkontribusi dalam kebaikan Islam.

Sambil memotong sayuran, kita bisa menyimak kajian secara online, tangan sibuk bergerak namun telinga fokus mendengarkan. Kemudian kita niatkan semoga anggota keluarga yang memakan sayuran ini semakin sehat hingga kuat untuk beribadah secara optimal.

Kita bisa berdzikir di sela-sela kegiatan menyapu dan mengepel, sambil kita memohon semoga dengan rumah yang bersih akan meningkatkan semangat dalam berbuat kebajikan.

Kita bisa mempelancar hafalan dengan mengulang-ngulangnya di tengah gemericik air dan piring yang beradu.

Ada banyak pahala yang bisa kita dulang di tengah kehidupan yang terus berjalan.

Seperti pesan gurunda: apapun peran kita, tugas kita hanya taat.

Pesan hangat yang menenangkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 8 : Visual is Work

Pekan lalu saya sempat di buat panik oleh Azka, yang siang itu demam dan langsung step di sore harinya. Kemudian berakhir dengan opname selama 4 hari di rumah sakit. Ceritanya sedikit panjang, tetapi intinya adalah bagaimana saya menangani ketika Azka step. Ini pertama kalinya Azka step, saya tentu saja panik luar biasa. Bersyukur tetangga di depan rumah saya seorang perawat. Saya benar benar blank. Tetapi fungsi visual dan auditori saya tetap bekerja, alhamdulillah. Saya melihat bagaimana mba perawat melakukan pertolongan pertama ke Azka, dan itu benar benar saya praktekkan selama perjalanan ke rumah sakit yang berjalan 4 kilometer dari rumah saya. Bagaimana dia menjaga alur pernafasan Azka supaya tetap baik dan memberi ganjalan di mulut Azka yang semakin merekat erat. Alhamdulillah berlahan kondisi Azka membaik. #harike8 #Tantangan10hari #GameLevel4 #GayaBelajarAnak #kuliahBunSayIIP

[Bunda Salihah] : Identifikasi Masalah

Perkuliahan yang dibuka dengan proses identifikasi masalah membuat saya menilik perjalanan dalam setahun ke belakang. Pertengahan 2020 adalah babak kehidupan baru yang mengubah kondisi, bermula dari proses resign yang menggantikan peran publik menjadi domestik, lalu bulan berikutnya berpindah tempat tinggal ke pinggiran kota yang tidak terakses oleh natura publik yang sebelumnya kami nikmati. Tentu saya harus berbalik kesini untuk menegaskan apakah sebab akibat dari proses kehidupan itu sebagai masalah atau hanya sekedar proses adaptasi yang harus dinikmati. Maka, saya ingin menjabarkannya secara terperinci. 1. Apakah kehilangan sebagian besar penghasilan adalah masalah buat saya? 2. Apakah kehilangan ritme kerja yang teratur, makan siang yang santai, diskusi pekerjaan yang menarik, akhirnya menjadi masalah buat saya? 3. Apakah kesulitan menikmati Natura publik (baca : nge- gofood) menjadi masalah bagi saya? 4. Apakah perubahan status Ibu Rumah Tangga menjadi masalah bagi saya? 5. Apak...

Day 4 : Bermain di Car Free Day

Minggu pagi, seperti biasa ayah sering sekali melakukan jogging di Lapangan Merdeka dan biasanya mengajak Azka. Selain untuk melancarkan kemampuan berjalannya (Azka sedang senang senang nya belajar berjalan) dan berinteraksi dengan berbagai macam orang. Saya kurang memahami apakah kemampuan interaksi Azka (interpersonal) menurun dari kami, karena baik saya maupun suami bukan tipikal orang yang mudah berbaur, yang sebenarnya lebih senang berada di dalam rumah :). Tetapi saya tetap mengajak Azka ke tempat tempat keramaian agar tetap berinteraksi dengan sekitarnya. Meski Azka terkadang masih tetap asik sendiri, tetapi dia terlihat menikmati acara jalan jalannya :) #tantangan_hari_ke4 #kelasbunsayiip3 #game_level_3 #kami_bisa