Langsung ke konten utama

Puasa Pertama Az

Siang tadi, menjelang tidur siang, kakak Az menangis. Pasalnya, dia sempat menanyakan puasa sisa berapa hari lagi. Refleks saya jawab: 25 hari lagi.

Az kaget dan langsung bilang: kok lama banget.

Padahal sebelum-sebelumnya sudah disounding bahwa kita akan puasa selama 30 hari.

Mugkin siang ini dia merasakan puncaknya haus dan lapar, lalu mendengar kata 25 hari membuatnya semakin merasa lapar :D, lalu saya mengajaknya tidur siang agar lapar dan haus sejenak bisa terlupakan. Benar saja, ketika dia terbangun di sore hari, Az sudah gak mengeluh lagi dan minta diajak jalan sore.

Puasa di hari Pertama

Az saya bangunkan di jam 04.30, setengah jam sebelum adzan Subuh, saya sengaja membangunkan di jam segitu agar Az bisa sahur dan sholat Subuh tanpa menunggu lama. Karena saya merasakan betapa tidak enaknya ketika kita sudah selesai sahur dan masih lama untuk menunggu azan Subuh, ditungguin lama, ditinggal tidur lagi khawatir bablas, maka sahur mepet Subuh adalah jalan terbaik, setelah selesai sahur hanya perlu menunggu 5-10 menit untuk berkemas mengerjakan sholat Subuh. Dan mengakhirkan sahur seperti ini merupakan sunnah, jarak antara sahur dan sholat sekitar seperti membaca 40 ayat dengan tartil.

Alhamdulillah membangunkan kakak Az itu gampang banget, tanpa drama, bangun langsung pipis dan cuci muka terus langsung ke meja makan. 

Selepas pulang dari masjid, ternyata Az masih ngantuk jadi saya membiarkannya untuk tidur lagi dan terbangun di jam 8.

Cuaca di hari pertama ini enak banget, mendung tanpa hujan, tanpa sinar matahari, sejuk dan adem banget, bahkan saya sama sekali tidak merasakan lapar dan haus.

Di siang hari saya iseng nanya: haus gak Ka? dan langsung dijawab gak oleh Az.

Sorenya Az sempat berkomentar bahwa dia sebenarnya lapar dan haus tetapi ditahannya. Az memang memahami bahwa puasa itu dari Subuh hingga Maghrib, hingga dia berusaha menahan diri sampai Maghrib.

Untuk berbuka, Az minta di belikan sate dan langsung dibelikan oleh ayahnya, mengapresiasi semangatnya dalam berpuasa pertama kali.

Hari kedua puasa

Saya sengaja menyimpan sebagian sate yang dibelikan di malam sebelumnya, dan menawarkan sate sebagai menu sahurnya Az yang langsung disambut dengan gembira. Az memang suka sekali sama sate.

Ketika membangunkannya untuk sahur, saya mengatakan satenya sudah ada di meja makan, lho. Mendengar itu Az lebih bergegas untuk bangun dan sahur dengan sukacita.

Cuaca kali ini terasa panas, terik sekali, bahkan Az mulai mengeluh: Aku rasanya haus sekali tapi aku lagi puasa.

Meski mengeluh kehausan, Az tetap melanjutkan puasanya hingga Maghrib, untuk mengalihkan rasa haus dan laparnya di siang hari, Az meminta menonton youtube, saya pun menginjinkannya untuk menonton 2 video.

Hari ketiga puasa

Semalam, Az menginfokan bahwa gigi serinya goyang lagi, kali ini tepat di sebelah gigi seri yang sebelumnya sudah dicabut, saya pernah menceritakan disini.

Saya menawarkan untuk dicabut keesokan harinya, yaitu hari ketiga ini. Dan saya juga menawarkan agar Az tidak berpuasa dulu karena setelah cabut gigi biasanya akan sakit. Saya bilang ada keringanan untuk orang yang berpuasa, kalau sakit maka dia boleh untuk tidak berpuasa.

Awalnya Az bilang dia mau cabut gigi di pagi hari, terus siangnya dia mau puasa. Saya tersenyum mendengarnya, dan bilang bahwa puasa itu dari Subuh hingga Maghrib, bukan dari Dzhuhur sampai Maghrib.

Mendefenisikan batasan puasa dengan jelas adalah keharusan, jadi gak ada istilah puasa full dan puasa setengah hari. Yang setengah hari berarti gak puasa, hanya latihan berpuasa.

Akhirnya seharian Az tidak berpuasa, setelah giginya di cabut dia menangis kesakitan dan minta es krim sebagai kompensasinya :D.

Masih ada 26 hari lainnya, semangat ya Ka ^_^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 8 : Visual is Work

Pekan lalu saya sempat di buat panik oleh Azka, yang siang itu demam dan langsung step di sore harinya. Kemudian berakhir dengan opname selama 4 hari di rumah sakit. Ceritanya sedikit panjang, tetapi intinya adalah bagaimana saya menangani ketika Azka step. Ini pertama kalinya Azka step, saya tentu saja panik luar biasa. Bersyukur tetangga di depan rumah saya seorang perawat. Saya benar benar blank. Tetapi fungsi visual dan auditori saya tetap bekerja, alhamdulillah. Saya melihat bagaimana mba perawat melakukan pertolongan pertama ke Azka, dan itu benar benar saya praktekkan selama perjalanan ke rumah sakit yang berjalan 4 kilometer dari rumah saya. Bagaimana dia menjaga alur pernafasan Azka supaya tetap baik dan memberi ganjalan di mulut Azka yang semakin merekat erat. Alhamdulillah berlahan kondisi Azka membaik. #harike8 #Tantangan10hari #GameLevel4 #GayaBelajarAnak #kuliahBunSayIIP

Cantik Rupanya, Menawan Keislamannya

"Bi ini kalau besar pasti cantik, kata tetangga di suatu pagi, mengomentari bungsu kami yang sedang asyik bermain bersama kakak. Saya tersenyum simpul mendengarnya, tak merespon dengan ucapan tetapi mendoakan dalam hati: semoga tidak hanya rupanya yang cantik, akhlak, akidah dan kesholihannya juga menawan. Ya, keindahan rupa adalah hak Allah, yang bisa menjadi karunia dan bisa juga menjadi bencana. Adalah takdir Bi dengan rupa yang begitu manis dipandang. Tapi, segala yang fana tak perlu terlalu di puja, cukup ucapkan Masya Allah pada keindahan penciptaanNya, karena ada yang lebih abadi: amal dan kebaikan yang tak bertepi. Kadang saya memikirkan bagaimana seorang Mushab bin Umair. Seseorang yang Allah takdirkan hadir dengan pahatan wajah yang mempesona, Namun, kesholihannya lebih mempesonakan lagi. Mushab dengan wajah tanpannya lalu menjadi duta Islam di Kota Yatsrib. Wajah memang hal yang paling pertama menarik pandangan, tetapi dengan keindahan pesona itu Mushab menyebarkan keba...

Day 5 : I want to Know Everything

Azka selepas pulang sekolah bersama kami (maksudnya kami pulang kerja dan dia pulang sekolah), setelah mengucapkan salam. Benar, saya yang mengucapkan salam dan Azka (belum) mulai mengikuti mengucapkan salam. Sambil masih di gendong biasanya Azka langsung menunjuk saklar lampu, meminta agar dia yang menyalakan lampu. Tentu saja saya membolehkan karena sayapun mengawasinya. Jika saklar sudah berpindah posisi dan lampu menyala, Azka langsung tertawa girang, kemudian melanjutkan menunjuk saklar lampu di ruangan sebelahnya. Begitu seterusnya sampai semua lampu di rumah kami menyala :) Beberapa kali juga saya mendapatinya mencoba meraih tombol di standing fan kami yang setinggi badannya, beberapa kali kipas angin itu terjatuh dan menimpanya. Tentu Azka menangis, lalu berhenti meraih tombolnya? Gaaakkk :) Saya memaklumi karena usia Azka adalah usia dimana dia sedang  Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, dan ingin menyentuh apa saja.  Itu normal dan wajar saja. Kewajiban sa...