Kemarin, saya sedang menunaikan sebuah urusan di dekat sebuah pusat perbelanjaan. Seperti biasa, tiap kali saya keluar, anak-anak pasti ikutan juga. Dan mereka meihat "mall" itu lalu meminta agar diajak bermain di arena permainannya.
Jujur saja, saya itu jarang banget ngajak main anak-anak di mall, mungkin setahun bisa dihitung kurang dari lima jari. Saya lebih suka ngajak anak-anak ke suatu tempat terbuka, ataupun lapangan luas. Biar anak-anak puas berlari dan bergerak.
Nah kemarin karena berada di dekat situ, akhirnya melipir sekalian ke arena bermainnya. Karena tidak berniat sepenuh hati, saya hanya membelikan koin senilai 20rb, maksudnya biar koinnya cepat habis dan mainnya singkat, mengingat waktu itu juga sudah menjelang jam 12 siang.
Beberapa mesin mainan dimainkan Az dan Bi dengan gembira, mencoba naik mobil-mobilan, naik kuda-kudaan, bermain game balapan mobil, bermain game tembak-tembakan. Cuma di tempat ini mereka bisa bermain game beginian, di rumah pasti gak bisa. Saya tidak terlalu suka anak-anak main game soalnya.
Di akhir, ada dua koin tersisa dan ada satu mesin yang belum dicoba. Az ingin mencoba, katanya. Saya pun memasukkan koin dan dia mulai bermain. Dua menit berlalu dan saya tunggu, ternyata belum mati. Biasanya gak sampe satu menit satu mesin sudah selesai. Saya lihat ke kolom pointnya ternyata bertambah banyak, alamat gak akan selesai secara cepat inimah.
Saya masih menungguin di sampingnya ketika seorang bapak menegur, katanya jumlah pointnya sudah mencapai 3000 tiket, saya kurang faham jadi saya diam aja. Saya cuma berpikir emang kenapa dengan 3rb tiket. Saya hanya menanyakan ke Az apakah dia sudah mau selesai, saya lebih terfokus dengan waktu yang dihabiskan daripada jumlah pointnya. Az meminta waktu sebentar lagi dan saya memaklumi. Baik Az maupun saya tidak memikirkan jumlah point, lebih ke menikmati permainan. Akhirnya beberapa menit sebelum jam 12, saya meminta ijin kepada Az untuk mematikan permainannya. Karena ditungguin ternyata pointnya gak habis, malah bertambah terus hingga permainannya gak bisa berhenti.
Saya mengingatkan bahwa kita harus bersiap untuk sholat Dzhuhur hingga Az setuju. Lalu saya pencet tombol berhenti dan keluarlah bergulung-gulung tiket. Saya kaget kok sebanyak itu. Saat saya sedang merapikan tiket itu, ada seorang anak yang mendekat membantu melipat-lipat tiketnya, sempat saya tanya kenapa dia tidak sekolah dan jawabannya karena sekolahnya masuk siang.
Tombol payout di mesin masih menyala tetapi tiket tidak keluar, saya juga tidak tahu hal ini kalau bapak tadi yang menegur saya memberi tahu kalau tiket di mesin itu sudah habis dan menyuruh memanggil teknisi. Sepertinya bapak itu berpengalaman dengan permainan di arena ini :D. Saya lalu meminta tolong ke anak yang membantu tadi untuk memanggil teknisinya, sementara saya masih sibuk melipat tiket yang gak kelar-kelar. Az juga bertanya, ini buat apa. Lalu saya menghubungi ayahnya dan kata beliau tiket itu bisa ditukar dengan hadiah. Saya mana faham beginian.
Beberapa ratus tiket yang dilipat anak yang tadi datang membantu, saya berikan saja ke dia. Lagian saya juga males melipat sebanyak itu. Anak itu kaget dan bilang : semuanya tante, terimakasih tante. Hahah seriously, saya jarang banget dipanggil tante :D
Tiket-tiket itu saya bawa ke counter penukaran hadiahm dan setelah dihitung ternyata berjumlah 5000 sekian, ditukar dengan dua set mainan, pensil warna, pensil, pulpen dan tempat bekal.
Selanjutnya kami keluar dari pusat perbelanjaan tersebut, bertepatan dengan azan dhuhur. Selesai adzan kami menepikan kendaraan di sebuah masjid dan sholat dzhuhur disana. Di perjalanan pulang, kami mampir untuk makan bakso dan membeli beberapa kebutuhan rumah.
Selama di perjalanan saya sempat terpikir apakah hadiah-hadiah ini halal atau haram, saya berencana untuk browsing saat sampai di rumah, karena jumlah hadiahnya tidak sesuai dengan jumlah dana yang dikeluarkan untuk membeli koin. Saya khawatir ini terkategori judi karena ketidaksesuaian usaha yang dikeluarkan dan manfaat yang didapat.
Ada beberapa referensi pendapat yang saya baca, ada yang mengatakan tidak apa-apa selama niat kita hanya untuk bermain, sedari awal bukan berniat untuk mendapatkan hadiah. Ada juga yang menyamakan dengan memberi sabun berhadiah, SMS berhadiah ataupun hadiah hiburan lainnya, yang orang hanya memberi ternyata juga diberi hadiah. Ada perbedaan pendapat dalam menyikapi hal ini. Hingga rasanya saya jadi ragu-ragu dan saya berpendapat segala yang meragukan sebaiknya ditinggalkan.
Jadi Insya Allah ini kali pertama dan terakhir kami menukar tiket dengan hadiah. Sebelumnya tiket selalu saya buang sih, karena emang gak pernah banyak.
Cukup jadi pengalaman dan catatan aja, gak perlu diulang.
Komentar
Posting Komentar