Kemarin, menjelang pukul 17.00 saya duduk, fokus menghafal ayat yang akan saya setor setelah Maghrib nanti. Sebenarnya sempat terpikir untuk menunda setoran di keesokan harinya saja karena saat itu saya merasa dan memang belum hafal ayat yang akan saya setor itu, pun ketika saya membacanya saya juga merasa ayat ini agak sulit untuk dihafal. Tau kan yaa, ada ayat yang ketika kita membaca kita langsung merasa ayat ini mudah untuk dihafal, ada juga ayat yang ketika kita membaca kita merasa perlu tantangan tersendiri untuk dihafalkan. Kebiasaan saya memang membaca terlebih dahulu ayat yang akan di hafal, memahami arti ayatnya sambil mencari "jembatan kedelai"nya.
Biasanya ayat yang saya merasa akan sulit dihafal itu memang ayat yang saya juga kesulitan membacanya, karena kata-katanya (misalnya, mufrodatnya baru pertama kali saya dengar) atau karena susunan hurufnya, biasanya susunan huruf tebal-tipis-tebal-tipis itu agak menyulitkan untuk diucapkan, bayangkan abis mengangkat pangkal lidah terus kita balikin lagi terus diangkat lagi terus dibalikin lagi dan gak ada madnya.
Ayat yang mudah dihafal biasanya yang mufrodatnya udah biasa kita dengar, tau kan yaa kalau ayat-ayat di Al-Qur'an itu banyak sekali pengulangannya, bahkan ada ayat yang sama persis. Ayat ini akan mudah dihafal, tapi akan jadi tantangan di muraja'ah.
Nah, balik ke sore tadi. Satu jam saya berusaha mindfull, saya pernah mendengar teori memanipulasi otak. Jadi, ketika kita memang merasa sulit saat membacanya tadi, kita pikirkan bahwa kita akan mencoba menghafal 2 kata aja, dan ternyata bisa. Lalu saya melanjutkan menghafal dua kata berikutnya. Begitu seterusnya sampai selesai satu ayat. Biasanya saya langsung menghafal satu kalimat atau satu ayat sekaligus, tapi karena ini spesial, saya berusaha menelannya dengan sangat berlahan.
Demikian, hingga setelah Maghrib saya bisa menyetorkan dengan tanpa kesalahan, begitu evaluasi yang diberikan Ustadzah. Alhamdulillah, ternyata bisa.
Ini juga salah satu teori kehidupan yang saya fahami, ketika kita sedang dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk berlari, maka jangan berhenti, teruslah berjalan. Pun ketika kita tidak mampu berjalan, maka cobalah untuk merangkak. Apapun harus kita lakukan, terus bergerak dan jangan berhenti. Apalagi jika kita sadari bahwa yang kita lakukan adalah sebuah kebaikan. Saya kerap berpikir, kenapa saya harus berhenti sementara orang yang berbuat keburukan terus gigih berjuang.
Saya juga memahami bahwa apapun sangat layak untuk kita coba. Coba saja dahulu, apapun hasilnya, setidaknya kita pernah berusaha mencoba. Lebih baik kita punya sedikit cerita, daripada tidak ada yang bisa diceritakan sama sekali.
Tetap dan terus berusaha, wahai diri.
Komentar
Posting Komentar