Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label cinta

Masak Sendiri di Acara Khitanan Az

Sejak menikah, baru dua kali kami membuat acara besar, besar definisi saya adalah ketika tamu undangan lebih dari 150 orang.  Pertama, waktu aqiqah Az Kedua, waktu khitanan Az.  Acara pernikahan tidak termasuk ya, karena itu acara orang tua :D, yang mengadakan acara orang tua, yang datang juga teman dan kolega ortu.  Aqiqah Bi juga bukan acara besar, karena hanya mengundang keluarga dan sisanya berbagi kotakan ke tetangga, teman, dan kerabat.  Waktu aqiqah Az, saya hanya membeli bahan, sisanya di eksekusi sama seorang chef. Langsung terima beres. Masaknya juga di tempat kakak, jadi rumah tetap rapi tanpa ada percikan minyak, hehe.  Aqiqah Bi malah lebih simple lagi, menu prasmanan dan kotakan langsung dikirim dari catering. Terima beres pokoknya.  Nah, acara khitanan Az ini yang luar biasa. Semua di handle sendiri, minta bantuan rewang dari tetangga pas H-1.  Seminggu sebelum acara udah masak bumbu-bumbunya : bumbu ayam bali, capcay, mie goreng, soto d...

Tangisan Sendu

Selepas keluar dari masjid, saat sholat dzhuhur tadi, Az terisak. Ia lari keluar sembari sesungukan, air matanya berderai, menangis tanpa suara.  Saya yang menunggunya di motor agak sedikit kaget. Meski saya mengantar dan menungguinya sholat, tapi saya tidak memantau apa yang terjadi di dalam masjid.  Tak lama setelah Az keluar, temannya juga keluar sambil bertanya : Az kenapa nangis, mi?  Saya menggeleng.  "Az belum mau cerita, tadi di dalam kenapa ya? Saya terpaksa bertanya kepada temannya.  " Dia langsung nangis, mungkin ditinggalin Bi", jelas temannya.  Sebenarnya Bi, adiknya memang keluar masjid saat sholat belum selesai. Tapi, saya rasa bukan itu penyebabnya. Az tidak akan menangis hanya karena di tinggal.  Sambil memeluk dan menepuk punggungnya, saya mengajukan beberapa pertanyaan.  Apakah ada yang marahi?  Apakah ada yang memukul?  Apakah ada yang menarik baju?  Apakah ada yang menginjak kaki?  Beragam pertanyaan yang s...

Surat untuk Sulung

Nak, Bunda ingin ceritakan sebuah kisah untukmu, kisah tentang manusia yang mulia penuh inspirasi. Syahdan dahulu kala, ratusan tahun yang lalu, dalam sebuah tempat tampak ribuan orang berkumpul, rupanya sedang ada seleksi untuk mencari orang-orang terbaik yang akan melaksanakan tugas mulia, sebagai upaya mewujudkan nubuat Nabi kita. Seleksi yang unik, karena pertanyaan yang diajukan adalah : siapa yang pernah tidak melaksanakan sholat jama'ah setelah baligh, silakan duduk.  Nyatanya tak ada yang duduk disebabkan oleh pertanyaan tersebut.  Kamu tahu nak, siapa yang menanyakan itu? Namanya Muhammad Alfatih, sosok yang kita kenal, yang dikenang oleh sejarah, tertulis dengan tinta emas. Alfatih, nama itu melekat dengan namamu, nak. Ayah dan Bunda terkenang dengannya ketika menyematkan namanya pada namamu. Nak, Bunda tak tahu kehidupan apa yang kelak akan kamu jalani. Tapi, dengan nama Alfatih, Bunda selalu berdoa semoga kamu sepertinya, menjadi seorang laki-laki yang sholih, yang...