Langsung ke konten utama

Surat untuk Sulung

Nak,

Bunda ingin ceritakan sebuah kisah untukmu, kisah tentang manusia yang mulia penuh inspirasi.

Syahdan dahulu kala, ratusan tahun yang lalu, dalam sebuah tempat tampak ribuan orang berkumpul, rupanya sedang ada seleksi untuk mencari orang-orang terbaik yang akan melaksanakan tugas mulia, sebagai upaya mewujudkan nubuat Nabi kita.

Seleksi yang unik, karena pertanyaan yang diajukan adalah : siapa yang pernah tidak melaksanakan sholat jama'ah setelah baligh, silakan duduk. 

Nyatanya tak ada yang duduk disebabkan oleh pertanyaan tersebut. 

Kamu tahu nak, siapa yang menanyakan itu?

Namanya Muhammad Alfatih, sosok yang kita kenal, yang dikenang oleh sejarah, tertulis dengan tinta emas.

Alfatih, nama itu melekat dengan namamu, nak.

Ayah dan Bunda terkenang dengannya ketika menyematkan namanya pada namamu.


Nak,

Bunda tak tahu kehidupan apa yang kelak akan kamu jalani.

Tapi, dengan nama Alfatih, Bunda selalu berdoa semoga kamu sepertinya, menjadi seorang laki-laki yang sholih, yang tidak pernah meninggalkan sholat berjama'ah sepanjang hidupnya, meski beragam kesibukan mungkin akan menderamu.

Nak, Bunda ingin mengingat ini.

Pagi tadi, Bunda terlambat bangun. Ketika terbangun, yang pertama Bunda lihat adalah wajahnya yang telah basah oleh air wudhu.

Lalu, ketika kamu pulang dari masjid, terlihat kantuk di wajahmu. Bahkan kamu langsung membuka sarcel dan baju koko dan membiarkannya tergeletak di lantai, lantas kembali terlelap menemani Bilqis yang masih tertidur.

Nak,

Terimakasih ya, sudah berjuang melawan rasa ngantuk di pagi hari. Itu bukan hal yang mudah, namun kamu melakukannya dengan baik. Semoga Allah senantiasa menjagamu, nak.

Ohya, mungkin kamu tidak menyadarinya.

Bahwa kemarin sore Bunda terbangun dari tidur siang dengan rasa kaget. Karena kamu membangunkan Bunda dengan cara yang ekstrem. Kamu melompat-lompat di tempat tidur sembari berteriak : Bunda sudah azan, aku mau ke masjid.

Mungkin itu cara kamu membangunkan setelah sekian kali ya, karena Bunda suka ngempluk kalau tidur hahaha.

Begitulah, Bunda mengantarkan kamu ke masjid dengan muka bantal, tak sempat cuci muka. Itu pun kamu sudah masbuq satu rakaat. Maafkan Bunda ya.


Nak, jujur saja terkadang Bunda merasa capek saat menemanimu ke masjid. Iya, kamu masih kecil menurut Bunda, juga menurut Syariat ini. Masih berbilang tahun lagi menuju diwajibkannya. Bahkan kamu masih lepas dari syariat : diperintahkan sholat. Jadi, Bunda selalu menemanimu ke masjid. Gak jauh sebenarnya, tapi gak dekat juga, namun Bunda belum berani melepasmu sendirian. Meski kamu sering bilang bahwa ada Allah yang Menjaga. Anggap saja cara Bunda menemanimu adalah bentuk ketawakalan Bunda, lagian Bunda juga ingin kecipratan pahala.

Hey nak, mungkin suatu ketika kamu akan membaca ini. Mungkin juga saat kamu membaca ini, Bunda sudah tidak ada.

Bunda ingin kita mengenangnya sebagai kenangan manis.

Ini cerita perjalanan sholatmu, nak.

Semoga Allah senantiasa menjaga dunia dan akhiratmu.

Saat kamu membaca ini, kamu harus tahu bahwa Bunda sangat bersyukur kepada Allah karena dianugerahi anak sesholih kamu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 8 : Visual is Work

Pekan lalu saya sempat di buat panik oleh Azka, yang siang itu demam dan langsung step di sore harinya. Kemudian berakhir dengan opname selama 4 hari di rumah sakit. Ceritanya sedikit panjang, tetapi intinya adalah bagaimana saya menangani ketika Azka step. Ini pertama kalinya Azka step, saya tentu saja panik luar biasa. Bersyukur tetangga di depan rumah saya seorang perawat. Saya benar benar blank. Tetapi fungsi visual dan auditori saya tetap bekerja, alhamdulillah. Saya melihat bagaimana mba perawat melakukan pertolongan pertama ke Azka, dan itu benar benar saya praktekkan selama perjalanan ke rumah sakit yang berjalan 4 kilometer dari rumah saya. Bagaimana dia menjaga alur pernafasan Azka supaya tetap baik dan memberi ganjalan di mulut Azka yang semakin merekat erat. Alhamdulillah berlahan kondisi Azka membaik. #harike8 #Tantangan10hari #GameLevel4 #GayaBelajarAnak #kuliahBunSayIIP

Cantik Rupanya, Menawan Keislamannya

"Bi ini kalau besar pasti cantik, kata tetangga di suatu pagi, mengomentari bungsu kami yang sedang asyik bermain bersama kakak. Saya tersenyum simpul mendengarnya, tak merespon dengan ucapan tetapi mendoakan dalam hati: semoga tidak hanya rupanya yang cantik, akhlak, akidah dan kesholihannya juga menawan. Ya, keindahan rupa adalah hak Allah, yang bisa menjadi karunia dan bisa juga menjadi bencana. Adalah takdir Bi dengan rupa yang begitu manis dipandang. Tapi, segala yang fana tak perlu terlalu di puja, cukup ucapkan Masya Allah pada keindahan penciptaanNya, karena ada yang lebih abadi: amal dan kebaikan yang tak bertepi. Kadang saya memikirkan bagaimana seorang Mushab bin Umair. Seseorang yang Allah takdirkan hadir dengan pahatan wajah yang mempesona, Namun, kesholihannya lebih mempesonakan lagi. Mushab dengan wajah tanpannya lalu menjadi duta Islam di Kota Yatsrib. Wajah memang hal yang paling pertama menarik pandangan, tetapi dengan keindahan pesona itu Mushab menyebarkan keba...

Day 5 : I want to Know Everything

Azka selepas pulang sekolah bersama kami (maksudnya kami pulang kerja dan dia pulang sekolah), setelah mengucapkan salam. Benar, saya yang mengucapkan salam dan Azka (belum) mulai mengikuti mengucapkan salam. Sambil masih di gendong biasanya Azka langsung menunjuk saklar lampu, meminta agar dia yang menyalakan lampu. Tentu saja saya membolehkan karena sayapun mengawasinya. Jika saklar sudah berpindah posisi dan lampu menyala, Azka langsung tertawa girang, kemudian melanjutkan menunjuk saklar lampu di ruangan sebelahnya. Begitu seterusnya sampai semua lampu di rumah kami menyala :) Beberapa kali juga saya mendapatinya mencoba meraih tombol di standing fan kami yang setinggi badannya, beberapa kali kipas angin itu terjatuh dan menimpanya. Tentu Azka menangis, lalu berhenti meraih tombolnya? Gaaakkk :) Saya memaklumi karena usia Azka adalah usia dimana dia sedang  Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, dan ingin menyentuh apa saja.  Itu normal dan wajar saja. Kewajiban sa...