Langsung ke konten utama

Rencana vs Jalani Aja : Rumah Tinggal

Menemukan chat ini ketika sedang bebersih digital bin, ternyata resolusi punya rumah sebelum 30 tahun benar-benar terealisasi (meski kemudian berlanjut dengan cicilan wkwkwk)

Dahulu jaman kuliah, ngefollow salah satu financial planning, yang kemudian membuat sebuah goal punya rumah sebelum 30. 



Dari sini saya memahami, bahwa Allah menjalankan hidup kita sesuai dengan rencana kita, bukankah Allah yang mengatakan : Aku sesuai prasangka hambaKu.

Rencanakan yang baik-baik lalu jalani. Menjalankan tanpa rencana membuat kita bingung dan hilang arah. Rencana tanpa aksi nyata, hanyalah ilusi yang tak tergapai.

Saya juga faham bahwa tidak ada ilmu yang sia-sia, jangan pernah berpikir buat apa belajar ini. Bisa saja ilmu itu terpakai belasan atau puluhan tahun kemudian. Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim, ilmu agama yang utama, ilmu lainnya sebagai alternatif. Pun ketika saya mempelajari ilmu keuangan itu, yang padahal ketika itu uang saya cuma bisa buat makan, malah belajar tentang ilmu membeli rumah. Mimpi? Iya LOL.

Yang paling utama, disemua rencana-rencana kita, rencana Allah yang terbaik buat hambaNya. Qodarullah wa maa sya fa'ala. Itulah yang membuat saya tak perlu risau, yang penting sudah direncanakan, sudah dijalani, hasil apapun itulah yang terbaik dari Allah.

Blok rumah yang saya pilih di chat diatas, ternyata tak satu pun yang saya tinggali. Namun, saya bersyukur tidak tinggal di keduanya. Satunya belum terbangun, satunya lagi ternyata saat hujan deras menjadi pusat limpahan air. 

Jadi, sudah merencanakan apa hari ini?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 8 : Visual is Work

Pekan lalu saya sempat di buat panik oleh Azka, yang siang itu demam dan langsung step di sore harinya. Kemudian berakhir dengan opname selama 4 hari di rumah sakit. Ceritanya sedikit panjang, tetapi intinya adalah bagaimana saya menangani ketika Azka step. Ini pertama kalinya Azka step, saya tentu saja panik luar biasa. Bersyukur tetangga di depan rumah saya seorang perawat. Saya benar benar blank. Tetapi fungsi visual dan auditori saya tetap bekerja, alhamdulillah. Saya melihat bagaimana mba perawat melakukan pertolongan pertama ke Azka, dan itu benar benar saya praktekkan selama perjalanan ke rumah sakit yang berjalan 4 kilometer dari rumah saya. Bagaimana dia menjaga alur pernafasan Azka supaya tetap baik dan memberi ganjalan di mulut Azka yang semakin merekat erat. Alhamdulillah berlahan kondisi Azka membaik. #harike8 #Tantangan10hari #GameLevel4 #GayaBelajarAnak #kuliahBunSayIIP

Cantik Rupanya, Menawan Keislamannya

"Bi ini kalau besar pasti cantik, kata tetangga di suatu pagi, mengomentari bungsu kami yang sedang asyik bermain bersama kakak. Saya tersenyum simpul mendengarnya, tak merespon dengan ucapan tetapi mendoakan dalam hati: semoga tidak hanya rupanya yang cantik, akhlak, akidah dan kesholihannya juga menawan. Ya, keindahan rupa adalah hak Allah, yang bisa menjadi karunia dan bisa juga menjadi bencana. Adalah takdir Bi dengan rupa yang begitu manis dipandang. Tapi, segala yang fana tak perlu terlalu di puja, cukup ucapkan Masya Allah pada keindahan penciptaanNya, karena ada yang lebih abadi: amal dan kebaikan yang tak bertepi. Kadang saya memikirkan bagaimana seorang Mushab bin Umair. Seseorang yang Allah takdirkan hadir dengan pahatan wajah yang mempesona, Namun, kesholihannya lebih mempesonakan lagi. Mushab dengan wajah tanpannya lalu menjadi duta Islam di Kota Yatsrib. Wajah memang hal yang paling pertama menarik pandangan, tetapi dengan keindahan pesona itu Mushab menyebarkan keba...

Day 5 : I want to Know Everything

Azka selepas pulang sekolah bersama kami (maksudnya kami pulang kerja dan dia pulang sekolah), setelah mengucapkan salam. Benar, saya yang mengucapkan salam dan Azka (belum) mulai mengikuti mengucapkan salam. Sambil masih di gendong biasanya Azka langsung menunjuk saklar lampu, meminta agar dia yang menyalakan lampu. Tentu saja saya membolehkan karena sayapun mengawasinya. Jika saklar sudah berpindah posisi dan lampu menyala, Azka langsung tertawa girang, kemudian melanjutkan menunjuk saklar lampu di ruangan sebelahnya. Begitu seterusnya sampai semua lampu di rumah kami menyala :) Beberapa kali juga saya mendapatinya mencoba meraih tombol di standing fan kami yang setinggi badannya, beberapa kali kipas angin itu terjatuh dan menimpanya. Tentu Azka menangis, lalu berhenti meraih tombolnya? Gaaakkk :) Saya memaklumi karena usia Azka adalah usia dimana dia sedang  Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, dan ingin menyentuh apa saja.  Itu normal dan wajar saja. Kewajiban sa...