Langsung ke konten utama

Bukan Biasa Aja

Ada satu benda penghuni baru di rumah. Sebuah senter kecil. Senter biasa seperti laiknya senter lainnya. Merk sejuta ummat. Maksudnya, sejuta umat itu bukan nama merknya ya, tapi karena keumumannya, saking banyaknya yang memiliki merk itu. Kaya kita bilang pulpen Pilot itu pulpen sejuta umat, atau Avanza mobil sejuta umat. 

Tapi, senter itu berharga. Dibeli oleh seorang ayah dengan niat mulia, agar puteranya bersemangat berangkat ke masjid di Subuh buta. 

Ya, selepas Az berkhitan maka agenda berikutnya adalah membiasakannya ke masjid, entah di pagi, entah di malam hari. 

Senter yang berharga, yang membuat Az bersemangat dan bersegera ke masjid. Saya membayangkan apakah senter itu bisa sampai ke surga. Semoga begitu. Bukan hanya senternya, tetapi juga pembuatnya, pembelinya dan penikmat manfaatnya. 

Sama seperti terompah sederhana, alas kaki milik Bilal bin Rabah yang derapannya terdengar di surga. Hanya sandal, dan mestinya biasa aja. Tapi, harganya senilai surga. Tak hanya sandalnya, sahabat Bilal pun menjadi penghuninya. 

Kita sering kali melakukan hal yang biasa aja, kita merendahkan diri dengan mengaku sederhana. Entah merendahkan agar rendah hati, atau menjatuhkan diri sampai terlihat tak berharga. 

Cuma ibu rumah tangga. 

Hanya sayur bening biasa. 

Saya hanya biasa aja. 

Biasa aja. 

Hey, tahukah? Sayur bening biasa itu bisa mendulang banyak pahala. Seorang guru yang mulia pernah mengajarkan agar berdzikir ketika sedang memotong-motong sayur, meniatkan agar yang memakannya bisa memperoleh kekuatan fisik, hingga mampu melaksanakan ibadah terbaik dan mengerjakan beragam kebaikan lainnya. 

Tidak ada yang biasa, karena diciptakan oleh Allah yang Maha Kuasa. 

Bahkan, satu kedipan mata pun bukan hal yang biasa. Tak percaya? Kamu perlu mengeluarkan dana yang tak terhingga jika matamu tak bisa berkedip. 

Juga sebutir debu yang tak kasat mata. Tak terlihat secara nyata, tapi harganya tak terkira. 

Manusia bukan butiran debu, ia jauh lebih berharga. Lebih mulia nilainya, jika bertakwa. 

Ya, kita semua berharga dan bukan biasa-biasa saja. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 8 : Visual is Work

Pekan lalu saya sempat di buat panik oleh Azka, yang siang itu demam dan langsung step di sore harinya. Kemudian berakhir dengan opname selama 4 hari di rumah sakit. Ceritanya sedikit panjang, tetapi intinya adalah bagaimana saya menangani ketika Azka step. Ini pertama kalinya Azka step, saya tentu saja panik luar biasa. Bersyukur tetangga di depan rumah saya seorang perawat. Saya benar benar blank. Tetapi fungsi visual dan auditori saya tetap bekerja, alhamdulillah. Saya melihat bagaimana mba perawat melakukan pertolongan pertama ke Azka, dan itu benar benar saya praktekkan selama perjalanan ke rumah sakit yang berjalan 4 kilometer dari rumah saya. Bagaimana dia menjaga alur pernafasan Azka supaya tetap baik dan memberi ganjalan di mulut Azka yang semakin merekat erat. Alhamdulillah berlahan kondisi Azka membaik. #harike8 #Tantangan10hari #GameLevel4 #GayaBelajarAnak #kuliahBunSayIIP

Cantik Rupanya, Menawan Keislamannya

"Bi ini kalau besar pasti cantik, kata tetangga di suatu pagi, mengomentari bungsu kami yang sedang asyik bermain bersama kakak. Saya tersenyum simpul mendengarnya, tak merespon dengan ucapan tetapi mendoakan dalam hati: semoga tidak hanya rupanya yang cantik, akhlak, akidah dan kesholihannya juga menawan. Ya, keindahan rupa adalah hak Allah, yang bisa menjadi karunia dan bisa juga menjadi bencana. Adalah takdir Bi dengan rupa yang begitu manis dipandang. Tapi, segala yang fana tak perlu terlalu di puja, cukup ucapkan Masya Allah pada keindahan penciptaanNya, karena ada yang lebih abadi: amal dan kebaikan yang tak bertepi. Kadang saya memikirkan bagaimana seorang Mushab bin Umair. Seseorang yang Allah takdirkan hadir dengan pahatan wajah yang mempesona, Namun, kesholihannya lebih mempesonakan lagi. Mushab dengan wajah tanpannya lalu menjadi duta Islam di Kota Yatsrib. Wajah memang hal yang paling pertama menarik pandangan, tetapi dengan keindahan pesona itu Mushab menyebarkan keba...

Day 5 : I want to Know Everything

Azka selepas pulang sekolah bersama kami (maksudnya kami pulang kerja dan dia pulang sekolah), setelah mengucapkan salam. Benar, saya yang mengucapkan salam dan Azka (belum) mulai mengikuti mengucapkan salam. Sambil masih di gendong biasanya Azka langsung menunjuk saklar lampu, meminta agar dia yang menyalakan lampu. Tentu saja saya membolehkan karena sayapun mengawasinya. Jika saklar sudah berpindah posisi dan lampu menyala, Azka langsung tertawa girang, kemudian melanjutkan menunjuk saklar lampu di ruangan sebelahnya. Begitu seterusnya sampai semua lampu di rumah kami menyala :) Beberapa kali juga saya mendapatinya mencoba meraih tombol di standing fan kami yang setinggi badannya, beberapa kali kipas angin itu terjatuh dan menimpanya. Tentu Azka menangis, lalu berhenti meraih tombolnya? Gaaakkk :) Saya memaklumi karena usia Azka adalah usia dimana dia sedang  Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, dan ingin menyentuh apa saja.  Itu normal dan wajar saja. Kewajiban sa...