Langsung ke konten utama

Dari Sepertiga (Menargetkan) Seperdua

Tema target sebenarnya di pekan lalu, tetapi karena masih 'sibuk' hingga waktu berlalu dan tantangan terlewatkan begitu saja. Masya Allah beberapa pekan kebelakang rasanya memang sedang awur-awuran. Alhamdulillah satu-satunya yang tidak tertinggal hanyalah jadwal tahfidz, meski kadang melewatkan kelas tetapi diusahakan besoknya menyetor untuk menambal kekurangan.

Menulis memang menjadi target, tetapi bukan prioritas. Menghafal, selain menjadi target juga menjadi prioritas utama. Target untuk tahun ini adalah setengah, alias 15 juz. Bisa gak? Ya dibisa-bisain, ustadzahnya juga Masya Allah, ngilang sehari udah ditanya. Berasa di kejar gak sih? Hehehe

Sekarang masih menyetor juz 6, ditambah 3 juz di belakang totalnya baru 9, belum nyampe sepertiga padahal :D. Buat target tinggi gakpapa kok, kalaupun tidak tercapai minimal bisa setengahnya. Insya Allah bisa-lah yaa, kan Allah bahkan menetapkan sesuai dengan prasangka hambanya.

Tantangan terbesar masih di satu titik : menyeimbangkan muraja'ah dan hafalan. Kalau sendirian agak berat emang. Gritku gak sekeren itu, kadang kudu digeret-geret dulu.

Flashback ke tahun lalu, karena mulai ikut kelas menghafal itu tahun lalu, tepatnya Maret 2022 dengan setoran awal juz 28. Jadi dari Maret sampai sekarang (1 tahun) sudah menyetor 7 juz.



Nah, dengan data setahun 7 juz itulah akhirnya saya menuliskan target tahun 2023 ini, Insya Allah di Desember -jika masih diberi rezeki usia- akan menyetorkan juz 14 atau 15. Insya Allah seperdua Al-Qur'an, amin ya robbal 'alamin.

Ngomong-ngomong tentang usia, cita-citanya ingin menyelesaikan hafalan sebelum 35 tahun, sekarang menjelang 33 tahun, Insya Allah 2 tahun kedepan, semangat to my self.


Alhamdulillah punya lingkungan komunitas yang mendukung, nikmat banget ini. Tinggal bagaimana tetap menjaga diri agar tetap semangat, memegang goal seeratnya.

Kalau dipikir-pikir, banyak banget kesempatan dan rizki dari Allah yang terlewat begitu saja, sudah separuh perjalanan hidup di dunia yang dilewati tapi bahkan belum ada separuh dari ayat-ayatNya yang dihafal. Suka kepikiran gak sih, mau pulang bawa bekal apa? Pemikiran tetang bekal apa itu jujurly sering berputar-putar di kepala. Udah setengah jalan nih, mau bawa apa? Eh, belum tentu juga setengah, bisa aja ternyata cuma sisa sepertiga atau seperempat. Suka kebayang juga gimana gelapnya ruangan 2x3, ya allah kalau bukan dengan cahaya Al-Qur'an, pengen diterangi dengan cahaya apalagi.

Memang, bekal banyak banget yang bisa dibawa, tergantung kita mau milih bekal yang mana, salah satu kebaikan Allah adalah menciptakan surga dengan banyak pintu. Dari pintu kebaikan yang mana yang akan kita masuki. Dan saya ingin masuk dari pintu para penjaga Al-Qur'an. 

Bismillah, semoga Allah mampukan dan mudahkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 8 : Visual is Work

Pekan lalu saya sempat di buat panik oleh Azka, yang siang itu demam dan langsung step di sore harinya. Kemudian berakhir dengan opname selama 4 hari di rumah sakit. Ceritanya sedikit panjang, tetapi intinya adalah bagaimana saya menangani ketika Azka step. Ini pertama kalinya Azka step, saya tentu saja panik luar biasa. Bersyukur tetangga di depan rumah saya seorang perawat. Saya benar benar blank. Tetapi fungsi visual dan auditori saya tetap bekerja, alhamdulillah. Saya melihat bagaimana mba perawat melakukan pertolongan pertama ke Azka, dan itu benar benar saya praktekkan selama perjalanan ke rumah sakit yang berjalan 4 kilometer dari rumah saya. Bagaimana dia menjaga alur pernafasan Azka supaya tetap baik dan memberi ganjalan di mulut Azka yang semakin merekat erat. Alhamdulillah berlahan kondisi Azka membaik. #harike8 #Tantangan10hari #GameLevel4 #GayaBelajarAnak #kuliahBunSayIIP

Cantik Rupanya, Menawan Keislamannya

"Bi ini kalau besar pasti cantik, kata tetangga di suatu pagi, mengomentari bungsu kami yang sedang asyik bermain bersama kakak. Saya tersenyum simpul mendengarnya, tak merespon dengan ucapan tetapi mendoakan dalam hati: semoga tidak hanya rupanya yang cantik, akhlak, akidah dan kesholihannya juga menawan. Ya, keindahan rupa adalah hak Allah, yang bisa menjadi karunia dan bisa juga menjadi bencana. Adalah takdir Bi dengan rupa yang begitu manis dipandang. Tapi, segala yang fana tak perlu terlalu di puja, cukup ucapkan Masya Allah pada keindahan penciptaanNya, karena ada yang lebih abadi: amal dan kebaikan yang tak bertepi. Kadang saya memikirkan bagaimana seorang Mushab bin Umair. Seseorang yang Allah takdirkan hadir dengan pahatan wajah yang mempesona, Namun, kesholihannya lebih mempesonakan lagi. Mushab dengan wajah tanpannya lalu menjadi duta Islam di Kota Yatsrib. Wajah memang hal yang paling pertama menarik pandangan, tetapi dengan keindahan pesona itu Mushab menyebarkan keba...

Day 5 : I want to Know Everything

Azka selepas pulang sekolah bersama kami (maksudnya kami pulang kerja dan dia pulang sekolah), setelah mengucapkan salam. Benar, saya yang mengucapkan salam dan Azka (belum) mulai mengikuti mengucapkan salam. Sambil masih di gendong biasanya Azka langsung menunjuk saklar lampu, meminta agar dia yang menyalakan lampu. Tentu saja saya membolehkan karena sayapun mengawasinya. Jika saklar sudah berpindah posisi dan lampu menyala, Azka langsung tertawa girang, kemudian melanjutkan menunjuk saklar lampu di ruangan sebelahnya. Begitu seterusnya sampai semua lampu di rumah kami menyala :) Beberapa kali juga saya mendapatinya mencoba meraih tombol di standing fan kami yang setinggi badannya, beberapa kali kipas angin itu terjatuh dan menimpanya. Tentu Azka menangis, lalu berhenti meraih tombolnya? Gaaakkk :) Saya memaklumi karena usia Azka adalah usia dimana dia sedang  Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, dan ingin menyentuh apa saja.  Itu normal dan wajar saja. Kewajiban sa...