Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2023

Masak Sendiri di Acara Khitanan Az

Sejak menikah, baru dua kali kami membuat acara besar, besar definisi saya adalah ketika tamu undangan lebih dari 150 orang.  Pertama, waktu aqiqah Az Kedua, waktu khitanan Az.  Acara pernikahan tidak termasuk ya, karena itu acara orang tua :D, yang mengadakan acara orang tua, yang datang juga teman dan kolega ortu.  Aqiqah Bi juga bukan acara besar, karena hanya mengundang keluarga dan sisanya berbagi kotakan ke tetangga, teman, dan kerabat.  Waktu aqiqah Az, saya hanya membeli bahan, sisanya di eksekusi sama seorang chef. Langsung terima beres. Masaknya juga di tempat kakak, jadi rumah tetap rapi tanpa ada percikan minyak, hehe.  Aqiqah Bi malah lebih simple lagi, menu prasmanan dan kotakan langsung dikirim dari catering. Terima beres pokoknya.  Nah, acara khitanan Az ini yang luar biasa. Semua di handle sendiri, minta bantuan rewang dari tetangga pas H-1.  Seminggu sebelum acara udah masak bumbu-bumbunya : bumbu ayam bali, capcay, mie goreng, soto d...

Tangisan Sendu

Selepas keluar dari masjid, saat sholat dzhuhur tadi, Az terisak. Ia lari keluar sembari sesungukan, air matanya berderai, menangis tanpa suara.  Saya yang menunggunya di motor agak sedikit kaget. Meski saya mengantar dan menungguinya sholat, tapi saya tidak memantau apa yang terjadi di dalam masjid.  Tak lama setelah Az keluar, temannya juga keluar sambil bertanya : Az kenapa nangis, mi?  Saya menggeleng.  "Az belum mau cerita, tadi di dalam kenapa ya? Saya terpaksa bertanya kepada temannya.  " Dia langsung nangis, mungkin ditinggalin Bi", jelas temannya.  Sebenarnya Bi, adiknya memang keluar masjid saat sholat belum selesai. Tapi, saya rasa bukan itu penyebabnya. Az tidak akan menangis hanya karena di tinggal.  Sambil memeluk dan menepuk punggungnya, saya mengajukan beberapa pertanyaan.  Apakah ada yang marahi?  Apakah ada yang memukul?  Apakah ada yang menarik baju?  Apakah ada yang menginjak kaki?  Beragam pertanyaan yang s...

Surat untuk Sulung

Nak, Bunda ingin ceritakan sebuah kisah untukmu, kisah tentang manusia yang mulia penuh inspirasi. Syahdan dahulu kala, ratusan tahun yang lalu, dalam sebuah tempat tampak ribuan orang berkumpul, rupanya sedang ada seleksi untuk mencari orang-orang terbaik yang akan melaksanakan tugas mulia, sebagai upaya mewujudkan nubuat Nabi kita. Seleksi yang unik, karena pertanyaan yang diajukan adalah : siapa yang pernah tidak melaksanakan sholat jama'ah setelah baligh, silakan duduk.  Nyatanya tak ada yang duduk disebabkan oleh pertanyaan tersebut.  Kamu tahu nak, siapa yang menanyakan itu? Namanya Muhammad Alfatih, sosok yang kita kenal, yang dikenang oleh sejarah, tertulis dengan tinta emas. Alfatih, nama itu melekat dengan namamu, nak. Ayah dan Bunda terkenang dengannya ketika menyematkan namanya pada namamu. Nak, Bunda tak tahu kehidupan apa yang kelak akan kamu jalani. Tapi, dengan nama Alfatih, Bunda selalu berdoa semoga kamu sepertinya, menjadi seorang laki-laki yang sholih, yang...

Bukan Biasa Aja

Ada satu benda penghuni baru di rumah. Sebuah senter kecil. Senter biasa seperti laiknya senter lainnya. Merk sejuta ummat. Maksudnya, sejuta umat itu bukan nama merknya ya, tapi karena keumumannya, saking banyaknya yang memiliki merk itu. Kaya kita bilang pulpen Pilot itu pulpen sejuta umat, atau Avanza mobil sejuta umat.  Tapi, senter itu berharga. Dibeli oleh seorang ayah dengan niat mulia, agar puteranya bersemangat berangkat ke masjid di Subuh buta.  Ya, selepas Az berkhitan maka agenda berikutnya adalah membiasakannya ke masjid, entah di pagi, entah di malam hari.  Senter yang berharga, yang membuat Az bersemangat dan bersegera ke masjid. Saya membayangkan apakah senter itu bisa sampai ke surga. Semoga begitu. Bukan hanya senternya, tetapi juga pembuatnya, pembelinya dan penikmat manfaatnya.  Sama seperti terompah sederhana, alas kaki milik Bilal bin Rabah yang derapannya terdengar di surga. Hanya sandal, dan mestinya biasa aja. Tapi, harganya senilai surga. Ta...

Halaqoh tahfidz di 2023

Setoran tahfidz perdana di tahun 2023, saya belum mulai ziyadah (menambah hafalan) karena sedang memuraja'ah (mengulang kembali) hafalan yang telah disetorkan pada bulan sebelumnya.  Ada dua sesi setoran, pagi ba'da Subuh dan sore ba'da Manghrib. Pakai waktu WIB tapii. Jadi sering nyetor hafalan di sesi sore, habis Maghrib di sana, habis Isya di sini.  Kadang juga habis Subuh sih, tergantung kemutqinan hafalan wkwk. Kalau pagi merasa masih tersendat-sendat, yaudah sore aja :D Alhamdulillah, salah satu manfaatnya teknologi, terpisah ratusan kilometer, tak pernah bertatap muka secara real, tapi bisa saling menguatkan, menyimak bacaan demi bacaan.  Salah satu nikmatnya dunia online yang harus senantiasa disyukuri.  Hari ini saya memuraja'ah surat Annisa,  tepatnya di juz 5. Gak langsung 1 juz lho yaa, karena maksimal setoran 3 lembar dan tadi nyetor 2 lembar aja :D. Kalau mau tasmi 1 juz bisa sih pas weekend karena harus 1 jam sendiri untuk tasmi' itu. Kalau hari b...

Bersabarlah ..., ini hanya sekejap mata.

 "Gak terasa ya, kayanya baru kemarin ngelahirkan anak ini, tau-tau udah sekolah aja, demikian postingan seseorang yang terlintas di beranda medsos yang sedang saya gulir. Tak hanya sesekali, berulang kali kalimat bernada sama mampir di indra pendengaran saya, tentang betapa cepatnya waktu berlalu, betapa rasanya sekejap saja lantas anak-anak semakin beranjak dan siap mengarungi hidupnya sendiri. Sampai pada satu sore, ketika saya masih selonjoran sembara membaca sebuah artikel, saya mengingatkan si bungsu : Dek, bentar lagi Maghrib, segera mandi sore ya. 10 menit berlalu dan Adek sudah berdiri di hadapan saya, sudah wangi dan berbaju rapi. Masya Allah, betapa sekejapnya waktu berlalu. Rasanya baru kemarin saya memandikan satu per satu anak-anak, yang ketika memandikan adik, kakak yang sudah wangi malah bermain kotor-kotor lagi :D Rasannya tak lama, ketika saya memilahkan satu per satu baju mereka. Benar, sekejap saja dan mereka bisa mandi sendiri, bisa memilih baju sendiri dan bi...

Arabic Class

Bulan ini kakak Az sedang mengikuti kelas Bahasa Arab, sudah pertemuan ketiga sebenarnya. Hasil observasi pada silam waktu menunjukkan Az cukup baik melafalkan, membaca dan mengingat bahasa Arab. Dan sering menanyakan mufrodat yang saya tak tahu, kaya apa bahasa arabnya AC, dan kalau bilang Bunda lupa, terus jawabannya : Bunda waktu kecil tidak belajar? Wkwkw Lalu bertemulah dengan edufic, platform online yang diinisiasi oleh Pak Ario, sebenarnya kelasnya ada beraneka ragam, juga ada pilihan free atau premium. Karena harus menunggu usia minimal yaitu 6 tahun, akhirnya bisa mendaftar di batch #3. Jujurly, ini adalah kali pertama Az ikut belajar online, biasanya hanya belajar 'real' di rumah bersama Bunda. Jadi sekalian ngecek apakah dia nyaman belajar secara online. Alhamdulillahnya dapat fasilitator yang sabar dan perhatian, yang setiap sebelum dimulai kelas selalu menanyakan apakah akan hadir di kelas, yang selalu bertanya apa kesukaan anak agar bisa terbangun bonding, memperh...

Rencana vs Jalani Aja : Rumah Tinggal

Menemukan chat ini ketika sedang bebersih digital bin, ternyata resolusi punya rumah sebelum 30 tahun benar-benar terealisasi (meski kemudian berlanjut dengan cicilan wkwkwk) Dahulu jaman kuliah, ngefollow salah satu financial planning, yang kemudian membuat sebuah goal punya rumah sebelum 30.  Dari sini saya memahami, bahwa Allah menjalankan hidup kita sesuai dengan rencana kita, bukankah Allah yang mengatakan : Aku sesuai prasangka hambaKu. Rencanakan yang baik-baik lalu jalani. Menjalankan tanpa rencana membuat kita bingung dan hilang arah. Rencana tanpa aksi nyata, hanyalah ilusi yang tak tergapai. Saya juga faham bahwa tidak ada ilmu yang sia-sia, jangan pernah berpikir buat apa belajar ini. Bisa saja ilmu itu terpakai belasan atau puluhan tahun kemudian. Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim, ilmu agama yang utama, ilmu lainnya sebagai alternatif. Pun ketika saya mempelajari ilmu keuangan itu, yang padahal ketika itu uang saya cuma bisa buat makan, malah belajar tentang ...

Cerita Khitan Kakak Az (part terakhir)

 Selepas Ashar, satu jam pas sunat selesai, efek bius sudah menjauh, rasa nyeri mulai menyapa. "Ini obat yang tingkat anti nyerinya tertinggi Bu, gak ada obat yang benar-benar menghilangkan rasa sakit. Ada sih, namanya narkoba Bu tapi gak mungkin kan", dokter menjelaskan ketika menyerahkan obat-obatannya, bisa-bisanya sambil melucu bawa-bawa narkotika segala wkwk. "Buuuunnnn", Az mulai memelas. "Allah kuatkan kakak, sakitnya insya Allah lebih sedikit dibandingkan dengan manfaat dan kebaikannya kan Kak? Bunda selalu temani kakak kok".  Saya tahu itu tak mudah, saya hanya berusaha berempati sebanyak-banyaknya, menvalidasi perasannya, mendampingi dan menghiburnya, mendoakan kekuatan dan kesabaran untuknya. Alhamdulillah yutub juga ada sedikit kontribusnya, tontonan babybus, mobil tank, doraemon, upin ipin berhasil mengalihkan fokusnya. Ditawari games dia gak mau, cukup sekali aja, katanya. Mungkin karena amat sangat jarang nonton, pas dibebasin memilih tonton...

Cerita Khitan Kakak Az (part II)

30 Desember 2022, itu tanggal yang disepakati dengan dokter yang akan menyunat Az, awalnya beliau karena pekerjaannya, meminta di hari Sabtu. Tetapi memikirkan bahwa Sabtu bertepatan dengan akhir tahun, kan gak nyaman ya kalau pasca "operasi kecil" kemudian malamnya malah gak bisa tidur karena hingar bingar petasan dan kembang api. Akhirnya dinego di hari Jum'at. Juga jika merujuk ke hadist Imam Bukhari disebutkan bahwa khitan merupakan salah satu sunnah fitrah dari 5 sunnah fitrah. Jadi lebih baik hal baik itu dilakukan di hari Jum'at kan. Ayah pulang di jam istirahat, karena dokternya akan visit setelah Jumatan. Ternyata jam 15.00 beliau baru tiba, bersama seorang asistan. Asisten yang kadang merangkap menjadi pemegang kaki anak yang berontak pas mau disuntik. Kata dokter, itu hal yang sering terjadi. Pak dokter sempat mengobrol terlebih dahulu dengan Kakak dan melakukan toss sebelum eksekusi dimulai. Sebelum berbaring, saya sempatkan memeluk Az, saya tahu dia gugup...

Cerita Khitan Kakak Az (part I)

 "Bunda, kenapa ayah ngajak aku ke masjid terus? tanya Az di suatu waktu. "Emang kenapa, kak? Saya menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan lain. Karena saya pikir dia sedang melakukan protes :P "Kan aku masih ada najisnya, masih belum disunat", jawabnya. Masya Allah. Berbulan sebelumnya, pembicaraan tentang sunat sering terselip dalam obrolan kami. Iya hanya diselipkan, tapi sering wkwk. Obrolan tentang sunat yang akan membersihkan sisa-sisa air seni yang tertinggal, hingga bersih dari najis ternyata membekas dalam ingatannya. "Jadi, kakak sudah siap disunat? tanya saya memastikan. "Sebenarnya takut sih Bun, tapi kita harus bersih dari najis kan? Wajar jika anak usia 6 tahun itu merasa khawatir, pengalaman pertama memang selalu menegangkan kan? Bahkan saya seusia ini pun kerap merasa tegang ketika melakukan hal untuk pertama kalinya. "Sakitnya, sakit sekali gak Bun? tanya Az lagi. Mestinya nanya ke ayahnya ya :D Ohya, tentang rasa sakit sunat ini ema...