Langsung ke konten utama

Perlengkapan Pumping untuk Working Mom (Ranah Publik)

Seharusnya, menuntaskan menyusui bayi hingga berusia 2 tahun adalah sebuah kewajiban. Hak dasar anak yang harus ditunaikan dengan baik oleh kedua orang tuanya, kecuali jika ada alasan syari yang melatarbelakangi.

Iya kedua orang tua. MengASI adalah perjuangan yang luar biasa, perlu peran seorang ayah untuk mensupport. Itulah beberapa tahun belakangan ini lahir komunitas luar biasa : AyahASI

Bagaimana dengan ibu pekerja di ranah publik?

Minimal 8 jam bekerja di luar rumah, bagaimana memberikan ASI nya?

Baiklah, perkenalkan Aku Ni'mah adalah seorang ibu pekerja, seorang akuntan di sebuah perusahaan swasta di sektor migas.

Kali ini aku akan berbagi pengalaman bagaimana tetap memberikan ASI untuk buah hati, meski kita tidak membersamai.

Sejujurnya sejak kehamilan Azka aku sempat terlintas agar resign saja, bagi seorang perempuan tidak ada hal yang paling menyenangkan selain kruntelan sama bocah, benar kan? :)
Tetapi kondisi keuangan keluarga kami tidak (belum) memungkinkan untuk melakukannya.

Akhirnya aku browsing, belajar disana sini untuk tetap bisa memberikan ASI untuk anak kami, Azka.

Solusinya : Pumping

Drama tentang pumping ini pernah aku tulis di blog ini, silahkan di cari :)

Kali ini aku akan berbagi peralatan tempur untuk busui working mom, lets cekidot..

1. Pompa ASI
Senjata paling utama, pompa ASI sendiri merk dan jenisnya udah macam macam, harganya bervariasi, dari seharga 5 toples nastar sampe seharga 1 unit motor.
Aku pakai pompa sejuta kantong, artinya kalo di kantong cuma ada uang sejuta, tetap mampu kebeli :D. Merk IQ Baby, harganya 160 K.
Murah? Memang, mengASIhi itu tentang cinta, bukan tentang nominal *ngeles :p
Pompa pertama : IQ Baby

Pompa Kedua : Pigeon





Pun setelahnya, setelah keuangan kami agak membaik, aku membeli pompa baru, Pigeon seharga 350 K.
Alhamdulillah :)

2. Botol ASIP
Tempat menyimpan ASI Perah, awalnya aku beli merk BKA harganya 80 K isi 8 botol. Satu botol harganya 10rb. Padahal dengan asumsi Azka menghabiskan stock ASIP 5 botol per hari dan sebaiknya ada stock selama seminggu. Makanya aku harus menyimpan 30 botol ASIP. Ini berarti aku harus mengeluarkan uang 300K untuk botolnya.
Aku akhirnya beralih ke plastik ASIP, aku milih Nature karena paling murah dari plastik ASIP lainnya :)
Setelah belajar lagi dan lagi aku baru tau kalau plastik ASIP tidak disarankan untuk menyimpan ASIP. Sebaiknya pakai botol.
Alhamdulillah kakakku ngasih botol ASI UCA sebanyak 12 biji.

Aku jadi punya 20 botol ASIP, sisanya aku cicil tiap bulan beli 5 botol ASIP. Sekarang sudah ada sekitar 40 botol ASIP :). Oiya belinya di toko kue Sinar 88 di Pandansari, harganya 8.500 per buah.


Botol ASI 8 botol
Botol ASI kaca

3. Cooler Bag
Fungsinya sebagai tempat menyimpan ASIP selama di kantor. Tas yang dilapisi alumunium untuk menjaga suhu tetap dingin. Menjadi 1 pake dengan icegel.
Aku beli merk gabag (karena merk ini yang banyak direkomendasikan) yang borneo ethnic. Cantik dan murah, tentunya. Harganya 170K

Gabag Cooler Bag


4. Ice gel
Ini temannya cool bag fungsinya sebagai pendingin. Aku juga pakai merk gabag. Harganya 16 K dengan berat 500 gr. Dan tahan dingin hingga 8 jam. Tetapi karena icegel gabag ini gampang sekali bocor hingga gel nya berceceran di dalam cool bag, aku ganti beli coolpack no merk, seharga 40 K. Hanya saja tidak sedingin icegel gabag.
Sekarang aku pakai aqua gelas yang dibekuin dulu, pakai 2 gelas aqua, atau aku masukin es batu sebagai pengganti ice gel itu. Its work..
Aku sempat curhat di medsos masalah ini dan ada teman yang menyarankan pakai icegel dari tepung kanji. Aku belum pernah coba. Tapi bagus juga, hemat dan tetap sesuai fungsinya.

Icegel Gabag

Coolpack lekuk 3

Icegel dari kanji. Belom nyoba sih


5. Tisu
Ini option aja tapi kayanya juga penting. Aku pakai tisu buat memberihkan bekas2 pumping. Tapi aku gak selalu bawa setiap hari. Setiap mau pumping tinggal ambil tisu kantor dikit :D


Tissue


Itu aja sih yang aku bawa setiap hari ke kantor. Iya aku gak bawa pembersih semacam sleek. Karenanya setelah aku cari info info lagi, pompa bekas pumping gak harus dicuci dengan sleek lagi. Cukup dibersihkan dan dikeringkan.

Jadi aku setiap malam pompa ASI aku cuci pakai sleek terus di sterilkan dengan air panas selama 5 menit. Di rendam ya bukan di rebus. Kemudian dikeringkan.
Sabun utk nyuci peralatan pumping



Besoknya saat dibawa kekantor, setelah dipakai cukup aku cuci pakai air panas lagi (air dispenser panas) kemudian dikeringkan dan disimpan. Dikeringkan disini bukan dilap dengan tissu ya, tapi diangin anginkan.

Berhubung beberapa hari ini dispenser kantor rusak jadi aku cuci pakai air dingin aja.


Semangat Pumping, Mom :)

*semua foto dari google ya, gak sempat foto punya sendiri :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 8 : Visual is Work

Pekan lalu saya sempat di buat panik oleh Azka, yang siang itu demam dan langsung step di sore harinya. Kemudian berakhir dengan opname selama 4 hari di rumah sakit. Ceritanya sedikit panjang, tetapi intinya adalah bagaimana saya menangani ketika Azka step. Ini pertama kalinya Azka step, saya tentu saja panik luar biasa. Bersyukur tetangga di depan rumah saya seorang perawat. Saya benar benar blank. Tetapi fungsi visual dan auditori saya tetap bekerja, alhamdulillah. Saya melihat bagaimana mba perawat melakukan pertolongan pertama ke Azka, dan itu benar benar saya praktekkan selama perjalanan ke rumah sakit yang berjalan 4 kilometer dari rumah saya. Bagaimana dia menjaga alur pernafasan Azka supaya tetap baik dan memberi ganjalan di mulut Azka yang semakin merekat erat. Alhamdulillah berlahan kondisi Azka membaik. #harike8 #Tantangan10hari #GameLevel4 #GayaBelajarAnak #kuliahBunSayIIP

[Bunda Salihah] : Identifikasi Masalah

Perkuliahan yang dibuka dengan proses identifikasi masalah membuat saya menilik perjalanan dalam setahun ke belakang. Pertengahan 2020 adalah babak kehidupan baru yang mengubah kondisi, bermula dari proses resign yang menggantikan peran publik menjadi domestik, lalu bulan berikutnya berpindah tempat tinggal ke pinggiran kota yang tidak terakses oleh natura publik yang sebelumnya kami nikmati. Tentu saya harus berbalik kesini untuk menegaskan apakah sebab akibat dari proses kehidupan itu sebagai masalah atau hanya sekedar proses adaptasi yang harus dinikmati. Maka, saya ingin menjabarkannya secara terperinci. 1. Apakah kehilangan sebagian besar penghasilan adalah masalah buat saya? 2. Apakah kehilangan ritme kerja yang teratur, makan siang yang santai, diskusi pekerjaan yang menarik, akhirnya menjadi masalah buat saya? 3. Apakah kesulitan menikmati Natura publik (baca : nge- gofood) menjadi masalah bagi saya? 4. Apakah perubahan status Ibu Rumah Tangga menjadi masalah bagi saya? 5. Apak...

Day 4 : Bermain di Car Free Day

Minggu pagi, seperti biasa ayah sering sekali melakukan jogging di Lapangan Merdeka dan biasanya mengajak Azka. Selain untuk melancarkan kemampuan berjalannya (Azka sedang senang senang nya belajar berjalan) dan berinteraksi dengan berbagai macam orang. Saya kurang memahami apakah kemampuan interaksi Azka (interpersonal) menurun dari kami, karena baik saya maupun suami bukan tipikal orang yang mudah berbaur, yang sebenarnya lebih senang berada di dalam rumah :). Tetapi saya tetap mengajak Azka ke tempat tempat keramaian agar tetap berinteraksi dengan sekitarnya. Meski Azka terkadang masih tetap asik sendiri, tetapi dia terlihat menikmati acara jalan jalannya :) #tantangan_hari_ke4 #kelasbunsayiip3 #game_level_3 #kami_bisa