Langsung ke konten utama

Pemilu di Kota Hexagon

Minggu yang seru di Hexagon City, ada apa?

Ternyata ada parade pemilihan Walikota Hexagon City.

Mau lihat seperti apa rasanya pemilu di Haxagon City? Yuk, bersama saya.

Pertama adalah pemilihan kandidat, syaratnya cuma dua : warga Hexagon dan Perempuan. Ya, karena memang semua warga Hexagone adalah  perempuan. Kandidat bisa diusung dari cluster atau independent alias mengajukan diri. Karena slogannya : Ibu Profesional tidak ditunjuk, Ibu Profesional mengajukan sendiri.

Lalu, setelah para kandidat terpilih -yang telah diseleksi oleh 'KPU'- dimulailah parade pemilu.

Dan inilah keseruannya.

Karena hanya ada 1 orang kandidat saja yang saya kenal secara personal, maka saya mulai menjelajah untuk mengenal kandidat lainnya.

1. Mba Elva Citra Sari
Kandidat dari Kota Medan, yang saya sukai slogannya : Produktif dari rumah untuk dunia. Memang produktif dimulai dari diri sendiri, kemudian ke lingkungan rumah, lalu ke masyarakat dan dunia. 

2. Mba Setiorini
Satu-satunya kandidat walikota yang saya kenal secara personal, sebagai sesama mahasiswa dari Regional Balikpapan. Kiprah beliau tidak diragukan lagi, sebut saja Zerowaste, Public speaking, Become minimalis, crafting. Keren pokoknya, apalagi dengan slogan 4B-nya : Bahagia, Berkolaborasi, Berkarya dan Berdampak.

3. Mba Endang Prasdianti
Mba Dian, satu-satunya kandidat dari luar Indonesia, tepatnya berasal dari IP Asia. Menjadi leader IP Asia yang berbeda zona waktu saja beliau bisa, apalagi memimpin Hexagon City, timsesnya rame banget lho.

4. Mba Erni Arie Susanti
Kandidat dari Kota Kembang yang saya sangat suka slogannya : Jangan tunggu bahagia baru bersyukur, tapi bersyukurlah maka akan berbahagia. Ibu 4 anak yang masih kecil-kecil tapi bisa tetap aktif. Yang bisa tetap menyusui sembari aktif berdiskusi secara live, ini keren sekali lhoo.

5. Mba Siwi Aryani
Saya sempat heran waktu beliau sedang kampanye dan beberapa timses menyebut: sutil. Ternyata, kandidat ini merupakan ratu dapur, lho ngelive-nya juga dari dapur ternyata. Saya suka dengan taglinenya : Membangun jati diri mandiri, say yes to your passion.

6. Mba Nani Nurhasanah
Kandidat dari kota Tangsel yang timsesnya juga rame sekali, taglinenya juga bagus : Sempurna Mekar Berseri. Merdeka belajar, berkembang, berkarya dan berbagi.

Nah, keseruannya adalah:
Setiap ada jadwal kampanye dari salah satu kandidat, maka kandidat lainnya akan menyemangati.

Lho kok bisa?

Bisa dong, karena ini di Hexagon City, yang masing-masing merasa harus saling bersinergi.

Saling membantu, bukan saling menjatuhkan.

Begitu juga dalam acara debat argumen, semua kandidat saling menimpali, saling menambahi, bukan saling mencari kelemahan.

Black campaign? Gak ada dalam kamus warga Hexagon.

Timses bergerak memang untuk mengunggulkan kandidatnya masing-masing, tanpa menjelekkan kandidat lainnya.

Pemilu yang sportif, yang tenang, yang membahagiakan, yang inspiratif, hanya saya temukan di Kota Hexagon ini.

#HexagonCity
#Hexagonia
#KuliahBundaProduktif
#InstitutIbuProfesional

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 8 : Visual is Work

Pekan lalu saya sempat di buat panik oleh Azka, yang siang itu demam dan langsung step di sore harinya. Kemudian berakhir dengan opname selama 4 hari di rumah sakit. Ceritanya sedikit panjang, tetapi intinya adalah bagaimana saya menangani ketika Azka step. Ini pertama kalinya Azka step, saya tentu saja panik luar biasa. Bersyukur tetangga di depan rumah saya seorang perawat. Saya benar benar blank. Tetapi fungsi visual dan auditori saya tetap bekerja, alhamdulillah. Saya melihat bagaimana mba perawat melakukan pertolongan pertama ke Azka, dan itu benar benar saya praktekkan selama perjalanan ke rumah sakit yang berjalan 4 kilometer dari rumah saya. Bagaimana dia menjaga alur pernafasan Azka supaya tetap baik dan memberi ganjalan di mulut Azka yang semakin merekat erat. Alhamdulillah berlahan kondisi Azka membaik. #harike8 #Tantangan10hari #GameLevel4 #GayaBelajarAnak #kuliahBunSayIIP

[Bunda Salihah] : Identifikasi Masalah

Perkuliahan yang dibuka dengan proses identifikasi masalah membuat saya menilik perjalanan dalam setahun ke belakang. Pertengahan 2020 adalah babak kehidupan baru yang mengubah kondisi, bermula dari proses resign yang menggantikan peran publik menjadi domestik, lalu bulan berikutnya berpindah tempat tinggal ke pinggiran kota yang tidak terakses oleh natura publik yang sebelumnya kami nikmati. Tentu saya harus berbalik kesini untuk menegaskan apakah sebab akibat dari proses kehidupan itu sebagai masalah atau hanya sekedar proses adaptasi yang harus dinikmati. Maka, saya ingin menjabarkannya secara terperinci. 1. Apakah kehilangan sebagian besar penghasilan adalah masalah buat saya? 2. Apakah kehilangan ritme kerja yang teratur, makan siang yang santai, diskusi pekerjaan yang menarik, akhirnya menjadi masalah buat saya? 3. Apakah kesulitan menikmati Natura publik (baca : nge- gofood) menjadi masalah bagi saya? 4. Apakah perubahan status Ibu Rumah Tangga menjadi masalah bagi saya? 5. Apak...

Day 4 : Bermain di Car Free Day

Minggu pagi, seperti biasa ayah sering sekali melakukan jogging di Lapangan Merdeka dan biasanya mengajak Azka. Selain untuk melancarkan kemampuan berjalannya (Azka sedang senang senang nya belajar berjalan) dan berinteraksi dengan berbagai macam orang. Saya kurang memahami apakah kemampuan interaksi Azka (interpersonal) menurun dari kami, karena baik saya maupun suami bukan tipikal orang yang mudah berbaur, yang sebenarnya lebih senang berada di dalam rumah :). Tetapi saya tetap mengajak Azka ke tempat tempat keramaian agar tetap berinteraksi dengan sekitarnya. Meski Azka terkadang masih tetap asik sendiri, tetapi dia terlihat menikmati acara jalan jalannya :) #tantangan_hari_ke4 #kelasbunsayiip3 #game_level_3 #kami_bisa