Langsung ke konten utama

Membangun Pondasi Karakter


Kamis pagi, grup co house finansial sudah rame, mendiskusikan hasil live Ibu Septi di malam sebelumnya.

Lalu, berbagai karakter, boost, goal, delay dan risk disepakati.

Alhamdulillah berada di team yang gercep, tidak memerlukan waktu yang lama, karakter yang dicari segera terisi dan hal-hal lain langsung tersepakati.

Goal project passion yang disepakati adalah:
1. Seluruh warga Hexagon melek finansial.
2. Meningkatkan literasi finansial ke seluruh penjuru kota Hexagon.
3. Melatih budaya tertib administratif keuangan warga Hexagon.

Dan untuk mewujudkan goal tersebut, diperlukan beberapa karakter yang langsung terisi:
1. Komunikatif : Linda (Purwokerto)
2. Melayani dan berbagi : Yulia (Malang) dan Irma (Bekasi)
3. Semangat belajar : Aida (Pekanbaru)
4. Target Oriented : Mefisya (Depok)
5. Tepat waktu : Maryam (Solo) dan Ika (Gresik)
6. Solutif : Ni'mah (Balikpapan), Dwi (Sulawesi) dan Diyah (Tangsel)

Lalu, diperlukan boost (faktor yang mempercepat) pelaksanaan project passionnya, yaitu:
1. Fast respon
2. Timeline
3. Optimis
4. Fokus
5. Konsisten
6. Kerjasama team

Dan memprediksi faktor yang memperlambat (delay) berupa:
1. Slow respone
2. Low coordination
3. Misskomunikasi
4. Tidak disiplin
5. Perfectsionist
6. Prokrastinasi (menunda-nunda pekerjaan)

Terakhir, risk atau beberapa hal yang menjadi resiko yang akan menghentikan project passion, diantaranya:
1. Pesimistik
2. Insecure
3. Malas
4. Sulit berkomitmen
5. Kurang adaptif dengan hal baru

Kemudian, di Senin siang jam 12-13 WITA waktunya ngezoom membahas karakter, goal, boost, risk dan delay yang sebelumnya sudah ditulis di WA grup.

#HexagonCity
#Hexagonia
#CharactertoNation
#KuliahBundaProduktif
#InstitutIbuProfesional



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 8 : Visual is Work

Pekan lalu saya sempat di buat panik oleh Azka, yang siang itu demam dan langsung step di sore harinya. Kemudian berakhir dengan opname selama 4 hari di rumah sakit. Ceritanya sedikit panjang, tetapi intinya adalah bagaimana saya menangani ketika Azka step. Ini pertama kalinya Azka step, saya tentu saja panik luar biasa. Bersyukur tetangga di depan rumah saya seorang perawat. Saya benar benar blank. Tetapi fungsi visual dan auditori saya tetap bekerja, alhamdulillah. Saya melihat bagaimana mba perawat melakukan pertolongan pertama ke Azka, dan itu benar benar saya praktekkan selama perjalanan ke rumah sakit yang berjalan 4 kilometer dari rumah saya. Bagaimana dia menjaga alur pernafasan Azka supaya tetap baik dan memberi ganjalan di mulut Azka yang semakin merekat erat. Alhamdulillah berlahan kondisi Azka membaik. #harike8 #Tantangan10hari #GameLevel4 #GayaBelajarAnak #kuliahBunSayIIP

Cantik Rupanya, Menawan Keislamannya

"Bi ini kalau besar pasti cantik, kata tetangga di suatu pagi, mengomentari bungsu kami yang sedang asyik bermain bersama kakak. Saya tersenyum simpul mendengarnya, tak merespon dengan ucapan tetapi mendoakan dalam hati: semoga tidak hanya rupanya yang cantik, akhlak, akidah dan kesholihannya juga menawan. Ya, keindahan rupa adalah hak Allah, yang bisa menjadi karunia dan bisa juga menjadi bencana. Adalah takdir Bi dengan rupa yang begitu manis dipandang. Tapi, segala yang fana tak perlu terlalu di puja, cukup ucapkan Masya Allah pada keindahan penciptaanNya, karena ada yang lebih abadi: amal dan kebaikan yang tak bertepi. Kadang saya memikirkan bagaimana seorang Mushab bin Umair. Seseorang yang Allah takdirkan hadir dengan pahatan wajah yang mempesona, Namun, kesholihannya lebih mempesonakan lagi. Mushab dengan wajah tanpannya lalu menjadi duta Islam di Kota Yatsrib. Wajah memang hal yang paling pertama menarik pandangan, tetapi dengan keindahan pesona itu Mushab menyebarkan keba...

Day 5 : I want to Know Everything

Azka selepas pulang sekolah bersama kami (maksudnya kami pulang kerja dan dia pulang sekolah), setelah mengucapkan salam. Benar, saya yang mengucapkan salam dan Azka (belum) mulai mengikuti mengucapkan salam. Sambil masih di gendong biasanya Azka langsung menunjuk saklar lampu, meminta agar dia yang menyalakan lampu. Tentu saja saya membolehkan karena sayapun mengawasinya. Jika saklar sudah berpindah posisi dan lampu menyala, Azka langsung tertawa girang, kemudian melanjutkan menunjuk saklar lampu di ruangan sebelahnya. Begitu seterusnya sampai semua lampu di rumah kami menyala :) Beberapa kali juga saya mendapatinya mencoba meraih tombol di standing fan kami yang setinggi badannya, beberapa kali kipas angin itu terjatuh dan menimpanya. Tentu Azka menangis, lalu berhenti meraih tombolnya? Gaaakkk :) Saya memaklumi karena usia Azka adalah usia dimana dia sedang  Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, dan ingin menyentuh apa saja.  Itu normal dan wajar saja. Kewajiban sa...