Langsung ke konten utama

Pekan Kelima : False Celebration & 360° feedback


Pekan kelima dari kelas kupu-kupu di mentorship program ini, tentu saja, semakin membuat alis saya berkerut.

Selalu ada kejutan. Iya, benar. Termasuk, saya baru tau istilah-istilah baru. Kebanyakan main sutil, sih 🤭

Di point pertama, evaluasi kemajuan, itu sudah oke, saya paham. Oh, progress saya sudah di tahap ini.

Kaya, itamamul harokat, sudah baik, hanya perlu konsisten untuk kembali ke titik awal. Terutama, jika ketemu sukun yang sebelumnya kasroh, yang intinya setelah mengucapkan i dan u, harus segera kembali ke posisi bibir awal. 

Huruf-huruf istila yang tebal, belum terlalu keliatan tebalnya. Huruf tebal dan huruf tipis ini masih PR banget.

Dan, mad aridh lissukun, harus konsisten dimulai dari ta'awudz, kalau 4 harokat semua harus 4 harokat.

Terakhir, makharijul huruf yang belum tepat : 'ain, tho, sho, dzo, dza, syin (kecuali 'ain, kesemuanya adalah huruf yang harus mengangkat pangkal lidah, ini kesulitan saya dari awal) Paham teorinya, tapi praktek ngangkat pangkal lidah aja ya Allah, rasanya syulit.

Kemudian, point kedua : False Celebration. Mulai dari sini kening saya berkerut, perayaan kesalahan? Merayakan kesalahan? Perayaan yang salah? Oh, RIP My English 😄

Karena mentor saya tidak membahas hal tersebut, juga mentee saya memberi penafsiran : menerima kesalahan. Akhirnya, saya mengambil kesimpulan bahwa proses yang harus saya lakukan adalah mengakui kesalahan (iya, harus diakui dulu), kemudian menerima kesalahan tersebut dan belajar dari kesalahan tersebut. Dear, mistake. I learn from you.

Kesalahan apa yang saya buat selama program mentroship, my fault is tidak patuh dengan langkah yang sudah saya buat sendiri. Saya sudah membuat plan dengerin murottal 15menit per hari, membaca Al-Qur'an 15 menit per hari. Kadang, saya cuma baca tapi gak dengar murottal. Lain hari, saya cuma dengerin murottal tapi gak meluangkan waktu untuk baca. Being konsisten, its must. 

Lalu, di point terakhir, 360° feedback. Ini saya bener-bener nyari di gugel lho, bahkan setelah Bu Septi ngomong, yang saya tulis adalah : three sekte degree wkwk, bisanya sixty didenger sekte, RIP lah pokoknya.  Dan dari mentor, alhamdulillah beliau baik sekali, setiap ngasih review selalu diawali Barokallahu fiik : semoga Allah memberkahimu. Lalu, kemudian meluncur semua point-point kesalahan 😂. Dari anak-anak, karena mereka masih bebocah balita, saya melihatnya dari perubahan, yang misalnya, kalau ngeliat saya ngambil Al-Qur'an mereka juga langsung ngambil Al-Qur'an lainnya dan ikutan duduk sambil baca. Azka (3y) pernah main mobil-mobilan sambil ngoceh : Sho Shi Shu Ash, atau Bilqis (2y) yang nyoret-nyoret kertas sambil berucap : Qo Qi Qu Aq. Omong-omong, Bilqis sudah hafal Al Fatihah karena setiap hari Surat itu yang dijadikan bahan memperbaiki bacaaan. Dari suami, dia mah gak berkomentar, secara bacaan Al-Qur'an kita sama-sama belum bagus 😄.




#pekankelima
#kelaskupukupu
#bundacekatan
#institutibuprofesional

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 8 : Visual is Work

Pekan lalu saya sempat di buat panik oleh Azka, yang siang itu demam dan langsung step di sore harinya. Kemudian berakhir dengan opname selama 4 hari di rumah sakit. Ceritanya sedikit panjang, tetapi intinya adalah bagaimana saya menangani ketika Azka step. Ini pertama kalinya Azka step, saya tentu saja panik luar biasa. Bersyukur tetangga di depan rumah saya seorang perawat. Saya benar benar blank. Tetapi fungsi visual dan auditori saya tetap bekerja, alhamdulillah. Saya melihat bagaimana mba perawat melakukan pertolongan pertama ke Azka, dan itu benar benar saya praktekkan selama perjalanan ke rumah sakit yang berjalan 4 kilometer dari rumah saya. Bagaimana dia menjaga alur pernafasan Azka supaya tetap baik dan memberi ganjalan di mulut Azka yang semakin merekat erat. Alhamdulillah berlahan kondisi Azka membaik. #harike8 #Tantangan10hari #GameLevel4 #GayaBelajarAnak #kuliahBunSayIIP

Cantik Rupanya, Menawan Keislamannya

"Bi ini kalau besar pasti cantik, kata tetangga di suatu pagi, mengomentari bungsu kami yang sedang asyik bermain bersama kakak. Saya tersenyum simpul mendengarnya, tak merespon dengan ucapan tetapi mendoakan dalam hati: semoga tidak hanya rupanya yang cantik, akhlak, akidah dan kesholihannya juga menawan. Ya, keindahan rupa adalah hak Allah, yang bisa menjadi karunia dan bisa juga menjadi bencana. Adalah takdir Bi dengan rupa yang begitu manis dipandang. Tapi, segala yang fana tak perlu terlalu di puja, cukup ucapkan Masya Allah pada keindahan penciptaanNya, karena ada yang lebih abadi: amal dan kebaikan yang tak bertepi. Kadang saya memikirkan bagaimana seorang Mushab bin Umair. Seseorang yang Allah takdirkan hadir dengan pahatan wajah yang mempesona, Namun, kesholihannya lebih mempesonakan lagi. Mushab dengan wajah tanpannya lalu menjadi duta Islam di Kota Yatsrib. Wajah memang hal yang paling pertama menarik pandangan, tetapi dengan keindahan pesona itu Mushab menyebarkan keba...

Day 5 : I want to Know Everything

Azka selepas pulang sekolah bersama kami (maksudnya kami pulang kerja dan dia pulang sekolah), setelah mengucapkan salam. Benar, saya yang mengucapkan salam dan Azka (belum) mulai mengikuti mengucapkan salam. Sambil masih di gendong biasanya Azka langsung menunjuk saklar lampu, meminta agar dia yang menyalakan lampu. Tentu saja saya membolehkan karena sayapun mengawasinya. Jika saklar sudah berpindah posisi dan lampu menyala, Azka langsung tertawa girang, kemudian melanjutkan menunjuk saklar lampu di ruangan sebelahnya. Begitu seterusnya sampai semua lampu di rumah kami menyala :) Beberapa kali juga saya mendapatinya mencoba meraih tombol di standing fan kami yang setinggi badannya, beberapa kali kipas angin itu terjatuh dan menimpanya. Tentu Azka menangis, lalu berhenti meraih tombolnya? Gaaakkk :) Saya memaklumi karena usia Azka adalah usia dimana dia sedang  Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, dan ingin menyentuh apa saja.  Itu normal dan wajar saja. Kewajiban sa...