Langsung ke konten utama

#NHW 1 : Adab Menuntut Ilmu

Kemarin saya baru posting kan, bahwa blog ini kembali lagi ke pemiliknya. Percayalah, jodoh tidak akan kemana, paling banter ke warung depan rumah beli cabe. Ehh ini apaan sik :)
Baiklah mari kita fokus...

Jadi, di matrikulasi Institut Ibu Profesional (selanjutkan akan saya singkat IIP ya) selalu ada materi gres dan setelahnya ada PR dongs. Kaya sekolah gitu? Iyess, bener banget.
Dan, materi pembukanya adalaaaahhhh Adab Menuntut Ilmu

Ngepas bener naro temanya, emang orang belajar harus tau adabnya dulu. Judulnya adab sebelum ilmu :)

PR nya, disebut dengan istilah Nice Home Work (selanjutnya akan saya singkat NHW) adalah menulis tentang 4 hal ini :

1. Tentukan satu jurusan ilmu yang akan anda tekuni di universitas kehidupan ini.
2.Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut.
3. Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan anda rencanakan di bidang tersebut?
4. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu,perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut.

Ahh itu gampang kok tinggal aja jawab begini : jurusan yang ingin saya pelajari parenting, karena saya memiliki anak, strateginya jelas baca dong dan ikut seminar2 parenting. Adabnya sesuai dengan materi yang kemarin disampaikan.


Udah gitu aja.


Gitu aja? Siyap siyap diketok Mba Lisa hehehe *ampun mbaa


Oke, fokus lagi..


Dulu saat masih kuliah, ambisi saya adalah menjadi seorang akuntan yang hebat, kuliah setinggi tingginya, ambil sertifikat akuntan publik.
Namun semua berubah sejak negara api menyerang. Eh bukan, tepatnya setelah saya menikah dan dikarunia baby lucu.
Ambisi pribadi itu meredup, dan saya berpikir apa yang bisa saya kerjakan dan bermanfaat untuk keluarga.
Entah siapa yang pernah mengatakan, bahwa perempuan menurunkan standar mimpinya setelah menikah. Ada benarnya juga sih ya, saya contohnya :D

Kenapa pada akhirnya saya memutuskan memahami ilmu parenting?

Karena saya pernah membentak bayi saya yg baru usia 2 minggu, hanya karena dia rewel sepanjang hari. Setelah itu, saya nangis berhari hari, maafkan kesalahan ibumu ini, nak :(

Tentu saja, keluarga dan anak adalah motivasi terbesar. Terlebih saya kerap dihantui rasa bersalah sejak peristiwa itu.

No, saya tidak mau mengulang kesalahan yang sama. Saya harus belajar. Saya harus bisa memahami perasaan anak.
Saya tidak mau menjadi orang tua yang 'terpaksa'. Menjadi orang tua berarti siap menjadi long life learner. Pembelajar Seumur Hidup

Sejak saat itulah saya mulai membaca tulisan para pakar parenting. Sebut saja, Abah Ihsan, Ibu Elly Risman (termasuk anaknya Mba Sarra Risman), Ust. Budi Ashari, Ayah Edi

Saya menfollow medsosnya, membeli buku bukunya,  beberapa seminar parentingnya pun saya ikuti.
Belajar bisa darimana saja.


Saya selalu mengosongkan gelas tiap kali mereguk ilmu mereka.
Di medsos, saya memilih tombol share, daripada copy paste.
Buku buku mereka terjaga dengan baik di rumah saya.

Ketika salah satu pakar parenting berpendapat tidak boleh mengatakan "jangan" kepada anak, dan pakar parenting satunya berpendapat boleh saja tetapi sesuai porsi. Saya bersikap memilih yang sesuai dengan prinsip saya. Sembari mencari referensi lain yang membahasnya.

Saya mungkin bukan ibu yang sempurna utk anak saya, tetapi saya berusaha menjadi ibu terbaik dimatanya.

Terakhir, mengutip pendapat seseorang *mba Nafila* bahwa kesalahan terbesar seorang ibu adalah saat dia memutuskan berhenti belajar.

Balikpapan, 16 Mei 2017


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 8 : Visual is Work

Pekan lalu saya sempat di buat panik oleh Azka, yang siang itu demam dan langsung step di sore harinya. Kemudian berakhir dengan opname selama 4 hari di rumah sakit. Ceritanya sedikit panjang, tetapi intinya adalah bagaimana saya menangani ketika Azka step. Ini pertama kalinya Azka step, saya tentu saja panik luar biasa. Bersyukur tetangga di depan rumah saya seorang perawat. Saya benar benar blank. Tetapi fungsi visual dan auditori saya tetap bekerja, alhamdulillah. Saya melihat bagaimana mba perawat melakukan pertolongan pertama ke Azka, dan itu benar benar saya praktekkan selama perjalanan ke rumah sakit yang berjalan 4 kilometer dari rumah saya. Bagaimana dia menjaga alur pernafasan Azka supaya tetap baik dan memberi ganjalan di mulut Azka yang semakin merekat erat. Alhamdulillah berlahan kondisi Azka membaik. #harike8 #Tantangan10hari #GameLevel4 #GayaBelajarAnak #kuliahBunSayIIP

Cantik Rupanya, Menawan Keislamannya

"Bi ini kalau besar pasti cantik, kata tetangga di suatu pagi, mengomentari bungsu kami yang sedang asyik bermain bersama kakak. Saya tersenyum simpul mendengarnya, tak merespon dengan ucapan tetapi mendoakan dalam hati: semoga tidak hanya rupanya yang cantik, akhlak, akidah dan kesholihannya juga menawan. Ya, keindahan rupa adalah hak Allah, yang bisa menjadi karunia dan bisa juga menjadi bencana. Adalah takdir Bi dengan rupa yang begitu manis dipandang. Tapi, segala yang fana tak perlu terlalu di puja, cukup ucapkan Masya Allah pada keindahan penciptaanNya, karena ada yang lebih abadi: amal dan kebaikan yang tak bertepi. Kadang saya memikirkan bagaimana seorang Mushab bin Umair. Seseorang yang Allah takdirkan hadir dengan pahatan wajah yang mempesona, Namun, kesholihannya lebih mempesonakan lagi. Mushab dengan wajah tanpannya lalu menjadi duta Islam di Kota Yatsrib. Wajah memang hal yang paling pertama menarik pandangan, tetapi dengan keindahan pesona itu Mushab menyebarkan keba...

Day 5 : I want to Know Everything

Azka selepas pulang sekolah bersama kami (maksudnya kami pulang kerja dan dia pulang sekolah), setelah mengucapkan salam. Benar, saya yang mengucapkan salam dan Azka (belum) mulai mengikuti mengucapkan salam. Sambil masih di gendong biasanya Azka langsung menunjuk saklar lampu, meminta agar dia yang menyalakan lampu. Tentu saja saya membolehkan karena sayapun mengawasinya. Jika saklar sudah berpindah posisi dan lampu menyala, Azka langsung tertawa girang, kemudian melanjutkan menunjuk saklar lampu di ruangan sebelahnya. Begitu seterusnya sampai semua lampu di rumah kami menyala :) Beberapa kali juga saya mendapatinya mencoba meraih tombol di standing fan kami yang setinggi badannya, beberapa kali kipas angin itu terjatuh dan menimpanya. Tentu Azka menangis, lalu berhenti meraih tombolnya? Gaaakkk :) Saya memaklumi karena usia Azka adalah usia dimana dia sedang  Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, dan ingin menyentuh apa saja.  Itu normal dan wajar saja. Kewajiban sa...