Langsung ke konten utama

Kenali kekuatan diri, Fokus, kemudian berbahagia



Nasihat indah dari Ibu Septi, bahwa kita sebagai perempuan, sebagai istri, sebagai ibu. Untuk menjalankan peran tersebut kita harus FOKUS dan BAHAGIA.

Fokus, terhadap kekuatan yang kita miliki. Fokus, pada hal yang kita jalani.

Juga, jangan lupa berbahagia.

Perempuan harus bahagia, maka seisi rumah akan berbahagia.

Gimana mau bahagia klo ekonomi pas-pasan?
Gimana mau bahagia klo capek2 masak anak gak mau makan?😂
Gimana mau bahagia klo tetangga beli elektronik mulu? 🤣
Gimana mau bahagia klo ...

Nah, disinilah perannya fokus. Kita, misal sedang fokus nyetir, noleh kiri kanan gak? Paling sebentar aja, sedetik. Klo kelamaan bisa nabrak. Yang lama, kita fokus melihat ke depan kan.

Fokus disini lebih ke fokus pada apa yang menjadi kekuatan kita. Kita pasti tau bahwa setiap orang punya keistimewaan sendiri-sendiri. Dengan fokus dengan kekuatan kita, kita jadi lupa dengan keistimewaan orang lain. 

Bagaimana bisa tau kekuatan kita, pertama jujur pada diri sendiri. Kedua, peta-kan. 

Di materi ini, kita diberi diagram, hal apa yang paling kita sukai dan kita bisa lakukan.

Ada banyak sekali pilihan, saya misalnya, sangat suka dengan literasi, terutama membaca. Membaca buku apapun, kecuali buku tabungan 😄

Lalu dari kesukaan membaca itulah, saya kemudian gemar membacakan buku ke anak.

Dari kegemaran membaca kemudian lahir kebiasaan menulis. 

Kemudian, apa lagi kekuatan saya?
Menghitung. Karena kekuatan itu, lahirnya family financial planning. Saya terbiasa membudgetnya per bulanan, per mingguan. Budgeting ternyata penting, sepenting controling. Ini demi #30tahunpunyarumah *eh

Saya juga suka beberes, lebih tepatnya lagi saya gak suka ngeliat rumah berantakan. Tapiii, klo saya sedang beberes saya suka menyendiri. Anak kudu keluar, atau tidak berada di ruangan yang sedang saya bereskan. Entah, menyepi dan menyendiri biasanya akan menhasilkan energi positif buat saya, introvert nih 😁

Terus berlanjut ke kuadran sebelahnya, apa sih yang kita gak bisa tapi kita suka?

Atau ke kuadran berikutnya, kita gak suka tapi bisa, tapi harus dikerjakan.

Misal, saya gak suka tapi bisa : nyetrika. Kita lakukan, tapi sambil ngomel. Bahagia gak?

Atau lagi, saya gak suka tapi bisa : masak. 

Gimana supaya saya tetap bahagia ngerjainnya? Misal, saya buat masakan sesimple mungkin, masak soto gak mungkin saya lakukan, karena printilannya banyak. 

Terus klo suka, apa harus dilakukan terus menerus? Gak, kita tetap punya kandang waktu. Harus ada batasnya, misalnya sekarang saya membatasi membaca hanya maksimal 1 buku 1 bulan. Sedikit emang, karena saya sedang memcoba meningkatkan skill di ranah yang saya tidak bisa tapi suka, tahsin salah satu contohnya. Juga nyoba2 ngebaking.

Dari bebagai pemaparan diatas, akhirnya kita sadar bahwa bahagia itu harusnya dari diri kita sendiri. Bukan berdasarkan penilaian orang lain, bukan bertumpu pada pujian orang lain. Bukan. Bahagia karena kita sadar dengan kekuatan kita, kita fokus pada hal tersebut dan kita mensykurinya. Nah ini benang merahnya, bersyukur, berbahagia lalu Allah tambah nikmatNya.

#lacakkekuatanmu
#janganlupabahagia
#jurnalminggu1
#materi1
#kelastelur
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day 8 : Visual is Work

Pekan lalu saya sempat di buat panik oleh Azka, yang siang itu demam dan langsung step di sore harinya. Kemudian berakhir dengan opname selama 4 hari di rumah sakit. Ceritanya sedikit panjang, tetapi intinya adalah bagaimana saya menangani ketika Azka step. Ini pertama kalinya Azka step, saya tentu saja panik luar biasa. Bersyukur tetangga di depan rumah saya seorang perawat. Saya benar benar blank. Tetapi fungsi visual dan auditori saya tetap bekerja, alhamdulillah. Saya melihat bagaimana mba perawat melakukan pertolongan pertama ke Azka, dan itu benar benar saya praktekkan selama perjalanan ke rumah sakit yang berjalan 4 kilometer dari rumah saya. Bagaimana dia menjaga alur pernafasan Azka supaya tetap baik dan memberi ganjalan di mulut Azka yang semakin merekat erat. Alhamdulillah berlahan kondisi Azka membaik. #harike8 #Tantangan10hari #GameLevel4 #GayaBelajarAnak #kuliahBunSayIIP

Cantik Rupanya, Menawan Keislamannya

"Bi ini kalau besar pasti cantik, kata tetangga di suatu pagi, mengomentari bungsu kami yang sedang asyik bermain bersama kakak. Saya tersenyum simpul mendengarnya, tak merespon dengan ucapan tetapi mendoakan dalam hati: semoga tidak hanya rupanya yang cantik, akhlak, akidah dan kesholihannya juga menawan. Ya, keindahan rupa adalah hak Allah, yang bisa menjadi karunia dan bisa juga menjadi bencana. Adalah takdir Bi dengan rupa yang begitu manis dipandang. Tapi, segala yang fana tak perlu terlalu di puja, cukup ucapkan Masya Allah pada keindahan penciptaanNya, karena ada yang lebih abadi: amal dan kebaikan yang tak bertepi. Kadang saya memikirkan bagaimana seorang Mushab bin Umair. Seseorang yang Allah takdirkan hadir dengan pahatan wajah yang mempesona, Namun, kesholihannya lebih mempesonakan lagi. Mushab dengan wajah tanpannya lalu menjadi duta Islam di Kota Yatsrib. Wajah memang hal yang paling pertama menarik pandangan, tetapi dengan keindahan pesona itu Mushab menyebarkan keba...

Day 5 : I want to Know Everything

Azka selepas pulang sekolah bersama kami (maksudnya kami pulang kerja dan dia pulang sekolah), setelah mengucapkan salam. Benar, saya yang mengucapkan salam dan Azka (belum) mulai mengikuti mengucapkan salam. Sambil masih di gendong biasanya Azka langsung menunjuk saklar lampu, meminta agar dia yang menyalakan lampu. Tentu saja saya membolehkan karena sayapun mengawasinya. Jika saklar sudah berpindah posisi dan lampu menyala, Azka langsung tertawa girang, kemudian melanjutkan menunjuk saklar lampu di ruangan sebelahnya. Begitu seterusnya sampai semua lampu di rumah kami menyala :) Beberapa kali juga saya mendapatinya mencoba meraih tombol di standing fan kami yang setinggi badannya, beberapa kali kipas angin itu terjatuh dan menimpanya. Tentu Azka menangis, lalu berhenti meraih tombolnya? Gaaakkk :) Saya memaklumi karena usia Azka adalah usia dimana dia sedang  Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, dan ingin menyentuh apa saja.  Itu normal dan wajar saja. Kewajiban sa...